Jumat, 16 Juni 2017

Ketika Persegres Dianggap Gagal



Gojek Traveloka Liga 1 sudah memasuki pekan ke-11 di bulan ramadhan ini. Namun, Persegres GU masih anteng di peringkat 17 klasemen sementara. Tim kesayangan Ultras Gresik ini hanya mampu meraih 5 poin dari sekali menang, 2 kali seri, dan 8 kali kalah. Mereka juga menjadi kontestan yang paling banyak kebobolan dengan 22 gol.
Sempat memberikan penampilan yang menjanjikan ketika perhelatan Piala Presiden pada Februari lalu, kini Persegres justru seperti tak punya taji lagi mengikuti kompetisi. Apa yang salah dengan tim ini? Saya ingin mencoba menganalisis hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi rentetan hasil buruk Persegres GU.

Target
      Sebelum kompetisi dimulai, manajemen Persegres dan Ultras sempat mengadakan pertemuan untuk membahas persiapan dan target tim di kompetisi musim 2017. Saat itu, manajemen ingin agar tim ini mampu bercokol di 10 besar klasemen (Kumara, 2017). Kemudian sebelum memasuki kick off kompetisi, manajemen mengubah target agar dapat berada di papan tengah klasemen dengan raihan 20 poin di putaran pertama liga (Ayu, 2017).
         Target manajemen memang nampaknya terbilang realistis jika melihat penampilan tim selama mengikuti Piala Presiden. Penurunan target dari manajemen pada pelatih menjadi langkah pertama pelatih dalam menentukan komposisi pemain dalam tim. Misalnya, kualitas 11 pemain utama yang dilihat dari kondisi fisik, skill, teknik, hingga strategi apa yang akan diberikan pada pemain. Termasuk pula program latihan dari tim pelatih.
    Target dari pelatih kemudian diturunkan pada pemain. Bagaimana pemain merealisasikan target dari manajemen dan pelatih, mungkin dengan menyatukan tujuan dengan sesama pemain. Target paling spesifik misalnya, dalam pertandingan hari ini harus menang dan tak hanya bermain giras saja. Jika dalam satu tim memiliki tujuan yang berbeda-beda, sudah dipastikan ketika di lapangan pun pemain pasti akan bertindak mengikuti tujuan mereka sendiri-sendiri. Mungkin ada yang hanya ingin menampilkan skill individunya, ada yang hanya ingin menang, atau ada juga beberapa yang menganggap ah yang penting main bagus.

Komunikasi
         Target dari manajemen yang kemudian diturunkan hingga ke pemain tentu saja membutuhkan komunikasi yang baik agar pemain memahami apa saja yang harus mereka lakukan. Target yang belum spesifik misalnya berada di papan tengah tak akan ada artinya jika pelatih tidak mampu mengartikan dengan baik apa yang diinginkan manajemen. Begitu pula pada pemain, pelatih tidak akan mampu membuat pemainnya meraih target yang diinginkan jika komunikasi tidak dibangun dengan baik.
          Pemain perlu tahu tujuan dan manfaat apa saja dari program latihan yang diberikan pelatih. Ketika ada beberapa yang mungkin dirasa kurang cocok atau kurang tepat, seharusnya pemain dapat mengkomunikasikan hal tersebut pada pelatih. Misalnya dengan berdiskusi. Karena seperti diketahui bahwa terkadang akan muncul rasa jenuh pada pemain ketika pelatih memberikan program latihan yang itu-itu saja dalam jangka waktu lama.
          Pemain dan pelatih berhak melakukan sharing. Pemain mengungkapkan pengalaman mereka ketika di lapangan dengan strategi-strategi yang telah diinstruksikan pelatih dan pelatih juga berhak menjelaskan mengapa memilih materi latihan atau instruksi tersebut untuk dijalani pemain. Tidak semua pemain juga mudah memahami instruksi dari pelatih, terkadang pelatih harus jeli siapa-siapa yang memang tepat menjalankan instruksi darinya.
Rotasi pemain pun terkadang perlu dilakukan untuk mengetahui hal ini. Jam terbang pemain yang jauh tak sama dapat mengurangi kualitas komunikasi antar pemain. Kalau ada pemain yang sempat miskomunikasi dengan temannya berulang kali saat bertanding, sebaiknya butuh rotasi kan? Beberapa pemain mungkin akan lebih nyaman bermain dengan teman-temannya yang sudah dekat dengannya, untuk memudahkan komunikasi di lapangan. Tak ada rotasi pemain juga dapat mengakibatkan minimnya persaingan antar pemain untuk menampilkan kemampuan terbaiknya.
Tapi kembali lagi pada kebijakan kebutuhan strategi. Satu dua kali terjadi miskomunikasi itu sudah biasa, tapi apabila itu terjadi berkelanjutan tentu bisa dibayangkan bagaimana jadinya tim kedepan. Strategi tidak jalan, permainan di lapangan kacau sana sini.

Emosi
          Emosi berhubungan langsung dengan faktor-faktor penting di lapangan. Mulai dari komunikasi, percaya diri, fokus dan konsentrasi, atau tentang menurunnya kemampuan fisik. Emosi dapat dilihat dari respon fisiologis, kognitif, dan perilaku (Lane, dkk, 2011). Bentuk respon emosi secara fisiologis dapat digambarkan dengan meningkatnya detak jantung dan napas yang semakin cepat. Respon emosi secara kognitif digambarkan dengan persepsi dan bagaimana memproses informasi yang lebih diprioritaskan, serta perubahan konsentrasi dan fokus, sedangkan respon emosi yang digambarkan dengan perilaku lebih sering terlihat ketika seorang pemain marah atau melakukan agresi terhadap lawannya yang seringkali berujung pada kartu kuning atau merah.
          Bukan hanya itu saja, coba ingat-ingat bagaimana pemain setelah kebobolan lebih dulu! Ketika pemain justru lebih bersemangat mengejar ketertinggalan, emosi mereka meningkat secara positif. Namun, ketika mereka justru menjadi lesu dan akhirnya kebobolan lagi, maka hal ini perlu diperhatikan. Selain itu, ketika tim sudah mencetak gol dan mempimpin sementara, terkadang pemain lebih percaya diri. Saking percaya dirinya, sampai lupa kembali menjaga konsentrasi untuk mempertahankan skor.
Dukungan dari sesama pemain tentu sangat diperlukan. Membangkitkan semangat satu sama lain, membantu memperbaiki fokus mereka-mereka yang mulai lelah, dan mengendalikan teman-temannya apabila permainannya sudah memasuki tahap kasar.
          Mengatur emosi dengan tetap bermain tenang dan sabar membantu pemain menjaga fisik dan konsentrasi mereka untuk tetap fokus pada pertandingan. Contoh yang paling terlihat dari setiap pertandingan Persegres adalah finishing. Penyelesaian akhir pemain seringkali tak sesuai harapan. Kenapa? Bisa jadi karena pemain kurang tenang, terburu-buru, atau bahkan terlalu berambisi mencetak gol.

Kompak
          Jika melihat penampilan Persegres GU yang tak pernah stabil, tentu akan terlihat kekompakan pemain mungkin hanya ada pada kisaran 50%-60% saja. Seringkali pemain lupa akan peranannya untuk menutup kekurangan atau kesalahan pemain lainnya. Misalnya, lini tengah merupakan pertahanan pertama yang seharusnya tidak boleh mudah terbuka. Ketika ada satu dua pemain lawan masuk ke lini tengah, seharusnya pemain lain langsung berusaha menutup pergerakan mereka. Namun, seringkali justru hal ini terlambat dilakukan oleh pemain-pemain Persegres. Akhirnya pemain belakang yang harus jatuh bangun menghalangi pemain lawan.
   Pembagian tugas masing-masing pemain juga patut dipertanyakan. Setiap pemain memiliki posisinya masing-masing dengan keahlian mereka dalam posisi tersebut. Tapi sayangnya, terkadang pemain lupa tugasnya. Siapa yang harus membantu menyerang dan memberikan bola pada pemain depan atau siapa yang harus menutup pergerakan lawan ketika mulai memasuki lini pertahanan tim.
      Kekompakan bukan hanya sekedar tentang pembagian tugas/peranan saja. Kekompakan juga tentang saling percaya satu sama lain, saling melengkapi, saling memiliki, saling mempengaruhi, adanya persahabatan antar pemain, dan juga bagaimana anggota tim begitu menikmati waktu ketika mereka bersama-sama. Kepuasan berada dalam satu tim yang sama menjadi salah satu indikator bagaimana pemain mau ikut berpartisipasi, berperan lebih lagi, dan saling peduli terhadap sesamanya. Berani mengingatkan mereka yang salah atau berbagi pengalaman antara senior dan pemain muda.

Norma (Aturan)
       Setiap tim tentu memiliki aturan atau normanya sendiri-sendiri. Hal ini yang mengatur mereka untuk tetap disiplin dan menyadarkan mereka akan kewajiban dalam tim. Hal kecil yang mungkin dapat dijadikan teguran misalnya jam istirahat pemain yang mungkin terkadang masih lalai. Ketika esok hari ada latihan pagi, seharusnya pemain dapat beristirahat maksimal jam 11 malam atau tidak begadang.
      Menjaga makanan pun terkadang menjadi persoalan sendiri ketika hal itu mempengaruhi kondisi fisik pemain. Musim lalu, saya pernah berdiskusi dengan Coach Yogie (pelatih fisik). Beliau mengatakan ada beberapa pemain yang mengeluh cepat lelah ketika latihan pagi. Setelah ditanyakan malamnya makan apa, pemain tersebut menjawab makan gorengan. Kemudian Coach Yogie menjelaskan bahwa tenaga yang dihasilkan pada pagi hari berasal dari asupan makanan yang dikonsumsi malam hari sebelumnya. Ketika malam hari pemain memakan gorengan, tak salah jika esok paginya kondisi fisiknya akan melemah.
          Menjadi pemain professional tentu saja harus dimulai dengan menjalankan hal-hal kecil secara disiplin. Mulai dari mengatur jam istirahat, pola makan, pola latihan ketika libur, atau dengan aturan-aturan tim yang disepakati bersama-sama. Mungkin adanya denda ketika tidak datang latihan atau terlambat, sanksi ketika tidak dapat mengikuti acara tim, atau bahkan adanya denda untuk pemain yang terkena kartu saat pertandingan. Mungkin terkesan terlalu mengatur, tapi apabila hal-hal seperti ini justru baik untuk tim, kenapa tidak? Ketika sudah berada dalam tim, maka disiplin bukan hanya menjadi tanggung jawab diri sendiri, melainkan seluruh anggota tim.

Lingkungan
     Lingkungan yang mengitari pemain ada tim pelatih, manajemen, dan suporter. Gambaran faktor lingkungan mempengaruhi bagaimana penampilan pemain ketika di lapangan. Dukungan dari tim pelatih, manajemen, dan suporter memiliki arti besar terhadap perkembangan penampilan pemain. Masing-masing memiliki peranan masing-masing tentunya. Manajemen mendukung dengan fasilitas dan finansialnya, tim pelatih dengan program latihannya, serta suporter dengan kehadiran dan sorakannya di stadion.
    Elemen-elemen yang membentuk lingkungan untuk pemain memberikan dampak yang baik apabila mereka mampu menjalankan peran masing-masing dengan maksimal pula. Dukungan bukan hanya sekedar kehadiran, materi, atau lainnya. Jangan pernah lupa bahwa masing-masing adalah manusia yang butuh ditegur dan diingatkan apabila ada yang salah, kurang, atau bahkan berlebihan! Tak perlu segan untuk mengingatkan, karena masing-masing adalah elemen yang saling membutuhkan satu sama lain.
 Memberikan saran dan kritik adalah salah satu bentuk kepedulian terhadap tim. Kritik itu sifatnya membangun, bukan menjatuhkan. Kritik itu dibuat untuk membangkitkan, bukan menyakiti. Saran itu diberikan untuk memperbaiki, bukan untuk menghakimi. Bentuklah lingkungan yang saling mendukung satu sama lain, karena sebuah tim yang sukses bergantung dari keharmonisan pemain, pelatih, manajemen, dan suporternya.


Sumber:
Ayu, D. (2017, 16 Mei). Inilah target manajemen persegres di putaran pertama liga 1. Tribun Jatim [on-line]. Diakses dari http://jatim.tribunnews.com/2017/05/16/inilah-target-manajemen-persegres-di-putaran-pertama-liga-1.
Kumara, T.B. (2017, 17 Januari). Demi target tinggi musim 2017, manajemen persegres bersua dengan ultras. Juara.net [on-line]. Diakses dari http://www.juara.net/read/sepak-bola/indonesia/166900-demi.target.tinggi.musim.2017.manajemen.persegres.bersua.dengan.ultras.
Lane, A., dkk. (2011). The bases expert statement on emotion regulation in sport. The          Sport and Exercise Scientist Vol. 29, 2011.

Selasa, 13 Juni 2017

Miniatur Raja Ampat di Selatan Jatim

Hari itu saya dan teman saya berangkat ke Pantai Peh Pulo yang menurut info mirip dengan Raja Ampat di Papua. Jaraknya lumayan jauh jika ditempuh dari Malang, karena letak pantai ini berada di Blitar selatan. Kesalahan kami adalah mengikuti jalan pantai yang searah dengan Pantai Jolosutro dan Pantai Serang dari daerah Kesamben. Jika dari Malang kota, jaraknya hampir sekitar 90 km. 

Pantai ini letaknya di Panggungrejo, Blitar. Jika ditempuh dari Blitar kota mungkin hanya sekitar 1,5-2 jam saja. Tapi karena kami menempuh perjalanan dari Malang, hampir 2 kali lipat lama perjalanannya. Belum lagi jalanan yang begitu menantang. Bebatuan besar-besar yang biasanya hanya dapat dilewati truk pengangkut tebu atau pembawa batuan sungai. Motor pun jika lewat jalur ini mungkin lebih kuat jika sejenis motor trail. Kami saja yang menggunakan mobil cukup kuwalahan, kadang agak selip karena menabrak batuan yang cukup besar. Jadi, pastikan kondisi kendaraanmu cukup siap ya menghadapi jalanan menuju pantai!

Tapi jangan khawatir, jika mengikuti jalan dari Blitar kota akan lebih mudah. Rata-rata jalanannya sudah beraspal. Mungkin hanya beberapa meter yang agak berlubang dan berbatu. Nanti sesampainya 3-7 km di Pantai Peh Pulo, jalannya akan semakin sempit. Ada jalur yang membentuk ban mobil. Kalau beruntung, kamu tidak akan berpapasan dengan mobil lain atau truk. Tapi untuk yang naik motor tetap hati-hati, kadang harus mengalah kalau ada mobil atau truk yang akan lewat.

Bisa dibilang jalanan makadam (bebatuan) jadi jalanan khas menuju pantai ini. Di awal hanya sedikit petunjuk yang mengarahkan, namun sekitar 3-5 km terakhir ada banyak papan kecil yang jadi penunjuk arah. Jika kesulitan, gunakan kemampuanmu untuk bertanya pada warga sekitar. Mereka akan menjawab dan menunjukkan arah dengan ramah kok.

Sesampainya di Pantai Peh Pulo, sapukan pandanganmu berkeliling pantai yang indah ini. Pasir pantai yang putih bersih. Air laut yang biru jernih. Deburan ombak yang merdu. Hembusan angin yang cukup menenangkan hati. Tak lupa pula gugusan pulau-pulau kecil di tengah laut yang terlihat jelas dari pantai. Meski panas matahari cukup menyengat siang itu, kami masih mampu menikmati ciptaan-Nya yang tak mampu membuat kami berkata-kata lagi.



Oh iya, pastikan jangan berenang ya! Kalaupun ingin bermain air, carilah ujung pantai yang aman dan tidak terkena ombak besar. Karena pantai ini merupakan pantai selatan yang langsung berbatasan dengan Samudera Hindia, ombaknya cukup besar dan berbahaya.

Kalau ingin melihat pemandangan lebih lagi, boleh lah naik ke bukit-bukit sebelah. Pulau-pulau kecil di seberang pantai akan lebih terlihat dari atas bukit. Bahkan kadang dipakai juga untuk berkemah pemuda-pemudi yang ingin menikmati pantai lebih lama. Pantai yang disebut-sebut sebagai Mini Raja Ampat ini memang begitu indah. Benar-benar membuat lupa jalanan susah yang sempat ditempuh sebelumnya. Worth it! 





Kalau lapar setelah menempuh perjalanan jauh ke salah satu pantai 'pribadi' ini, boleh mampir ke warung-warung yang ada. Ada banyak warung kok yang buka di sini. Ada banyak makanan yang ditawarkan pula. Mulai dari mie ayam, bakso, soto, dan tak lupa minuman khas pantai, degan atau kelapa muda. Cukup untuk jadi teman menikmati indahnya pantai.

Buat pecinta pantai, Pantai Peh Pulo ini jelas wajib untuk didatangi! Ingat, Indonesia ini kaya dengan pantai-pantainya yang indah. Bukan hanya Bali, Lombok, Raja Ampat, Karimun Jawa, Maluku, atau Padang saja. Bahkan tak perlu jauh-jauh ke Maladewa. Nikmati pantai-pantai indah masih di Jawa Timur!

Tapi jangan lupa, jangan pernah mengotori tempat-tempat wisata ini ya! Sayangi negerimu dengan menjaga kebersihannya! Selamat mbolang!