Senin, 27 Januari 2014

Elegi Sepakbola Indonesia : Antara Pelatih, Pemain, Manajemen, dan Suporter

Jumat, 24 Januari 2014 23:33

Sudah hampir 3 bulan ini saya mendapatkan berbagai macam pertanyaan mengenai permasalahan yang timbul di banyak tim sepakbola di Indonesia. Bukan tanpa alasan mereka bertanya, kebanyakan tahu saya juga selalu mengikuti kabar terbaru di persepakbolaan Indonesia. Tak hanya soal masalah finansial yang sering diusut oleh PSSI seiring dengan verifikasi tim-tim menuju pada unifikasi liga yang ‘katanya’ akan lebih baik dari sebelum-sebelumnya, tapi juga permasalahan utama yang terdapat hampir di setiap tim.
Beberapa hari lalu saya mengeluh pada salah seorang teman mengenai ilmu kepelatihan dalam sepakbola.  Saya ingin sedikit mencocokkan dengan beberapa teori yang sempat saya dapatkan di bangku kuliah. Saya mendapatkan buku berisi kurikulum mengenai sepakbola Indonesia yang disusun oleh beberapa pelatih terkemuka tanah air.  Di halaman tentang kepelatihan, saya mendapatkan tulisan “titik lemah terbesar pemain kita selain kualitas umpan dan kecepatan dalam bermain adalah mental dan pengertian taktik” dan “titik lemah pemain = titik lemah pelatih.”
Berulang kali pesan yang masuk ke akun saya selalu menanyakan mengenai pergantian pelatih yang sudah terlampau biasa dalam dunia sepakbola. Apalagi pergantian pemain yang sudah jelas tak perlu diulas lagi. Kedua hal tersebut adalah hal yang sangat wajar dalam dunia olahraga, bukan hanya dalam sepakbola yang merupakan olahraga tim. Tapi nyatanya, masih banyak yang mempermasalahkan hal tersebut sampai berujung demo ke manajemen klub.
Pada dasarnya, jika diruntut asal mulanya, sebuah tim berawal dari klub. Klub ini dikelola oleh manajemen yang kemudian mereka melakukan pembentukan tim. Dalam tim tersebut hanya terdapat 2 elemen, yakni pemain dan pelatih. Dua hal yang sudah jelas amat berbeda peranan dan bentuknya.
Klub dimanajeri oleh manajemen yang bertugas mengelola pemasukan dan pengeluaran tim, selain itu mereka juga bertugas memberikan fasilitas bagi timnya. Sedangkan tim dimanajeri oleh pelatih, ya lebih tepatnya pelatih kepala. Karena kebanyakan tim-tim sepakbola selalu memiliki pelatih kepala dengan asistennya dengan tugas mereka masing-masing, misalnya asisten pelatih kipper, asisten pelatih fisik, asisten pelatih yang membantu dalam pembentukan strategi maupun pengembang teknik, dan mungkin asisten pelatih mental seperti yang dipunyai oleh Timnas U-19.
Lalu dimana peran suporter? Pertanyaan yang mudah dijawab tapi sangat sensitif untuk dipertanyakan.
Suporter sering mendapat sebutan sebagai pemain ke-13 dalam sebuah tim. Padahal jika dipahami dari arti katanya yang merupakan kata serapan, suporter memiliki arti kata pendukung.
Berarti sebenarnya tugas suporter hanya mendukung? Mendukung tim, klub, ataukah keduanya?
Bagi saya, arti kata mendukung itu luas. Mednukung berarti memberikan dukungan penuh mengenai hal-hal yang dianggap positif atau mampu memajukan baik tim maupun klub. Namun, mendukung juga diartikan mau memberikan saran dan kritik pada yang bersangkutan jika memang itu merupakan hal yang berguna bagi tim dan klub kedepan.
Untuk menjadi sukses, tim, klub, dan suporter perlu bekerja sama. Bukan hanya saling mendukung dengan memaksimalkan peranan masing-masing saja, melainkan dengan memberikan masukan baik pada tim maupun klub. Hal ini terkadang langsung disangkut-pautkan dengan masalah finansial. Padahal tidak sepenuhnya soal itu, selain soal materi, mereka juga membutuhkan dukungan moril.
Berkaca dari beberapa tim besar atau sebut saja tim sukses di Indonesia, seperti Arema Malang dan Persib Bandung. Mereka sukses bukan hanya karena dukungan finansial saja bukan? Ada manajemen yang selalu mengutamakan profesionalitas dalam mengelola klubnya, kemudian pelatih dan pemain yang selalu saling berusaha mendekatkan diri dan saling memahami peranan masing-masing di dalam tim, serta dukungan suporter melalui kehadiaran mereka dan kemauan untuk selalu membayar tiket.
Lalu, apa ada yang akan diperdebatkan lagi? Benang merahnya adalah kesuksesan sebuah tim bukan hanya bergantung pada pelatih dan pemain saja, tapi manajemen dan juga suporter. Kesuksesan sebuah tim adalah milik klub dan suporter tim tersebut.