Selasa, 27 Oktober 2015

Sumpah Pemuda dan Juventus Club Indonesia

Kami Poetra Dan Poetri Indonesia Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Air Indonesia
Kami Poetra Dan Poetri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia
Kami Poetra Dan Poetri Indonesia Mengjoenjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia

Tepat hari ini tanggal 28 Oktober 2015 diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Di Indonesia ada begitu banyak organisasi dan komunitas yang dipelopori dan sebagian besar anggotanya merupakan pemuda pemudi, salah satunya adalah Juventus Club Indonesia. Ya, salah satu komunitas resmi terbesar di Indonesia ini adalah komunitas pecinta Klub Juventus FC. Klub sepakbola Italia yang berlaga di Serie A Liga Italia.

Mengapa Hari Sumpah Pemuda kali ini saya kaitkan dengan Juventus Club Indonesia? Iya, salah satu alasannya adalah karena saya juga merupakan anggota Juventus Club Indonesia (JCI), tepatnya Chapter Gresik. Begitu banyak hal yang dapat saya pelajari selama bergabung dengan komunitas ini. Selain dapat berkumpul dan sharing informasi seputar Juventus bersama teman-teman Juventini dan Juvedonna, saya memahami satu hal, Bhinneka Tunggal Ika. Kami yang tergabung dalam JCI berasal dari berbagai daerah dengan logat, bahasa, dan budaya yang berbeda-beda. Namun, kami mampu menutupi perbedaan itu dengan indah. Mudahnya berkomunikasi dan menyingkirkan perbedaan arti bahasa, karena kami masih bisa menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Toleransi yang begitu tinggi terhadap perbedaan kultur budaya juga membuat kami menyadari bahwa kami adalah saudara sebangsa dan setanah air.

Juventus Club Indonesia tak hanya merupakan komunitas sepakbola, tapi komunitas ini telah menjadi organisasi pemuda dan pemudi yang peduli bangsa. Menepikan segala ego untuk melakukan perubahan yang baik bagi negeri. Salah satunya dengan Juve for Care. Berulangkali Juve for Care mengadakan lelang jersey dan membuka pre order kaos untuk menggalang dana kepedulian bencana, membangkitkan semangat saudara-saudara yang lain untuk menjadi relawan di daerah yang mendapat bencana, dan masih banyak lagi.

Selain itu, pertemanan kami dalam JCI tak hanya sekedar sebagai sesama fans Juventus. Kami adalah saudara, saudara sebangsa dan setanah air. Ada banyak hal yang dapat kami lakukan bukan hanya sekedar teriak-teriak dan bernyanyi mendukung tim kami berlaga. Kami masih punya jiwa dan raga untuk melakukan perubahan demi Bangsa Indonesia yang lebih baik. Kami masih mampu saling menghargai, menghormati, dan meninggikan toleransi tak hanya dengan sesama suporter, melainkan dengan saudara-saudara kami sebangsa dan setanah air Indonesia.


Juventus Club Indonesia tak hanya ada untuk fans Juventus di Indonesia, tapi kami ada untuk Indonesia… Selamat Hari Sumpah Pemuda, Sups!

Kamis, 08 Oktober 2015

Passion Senior, Semangat Junior!

             Dua hari yang lalu, tepatnya Selasa, 6 Oktober 2015 aku menghabiskan sebagian waktuku berada di Kompleks Olahraga Petrokimia. Setelah lama tidak pergi ke sini entah untuk sekedar melihat anak-anak kecil berlatih sepakbola atau hanya jogging sebentar.

            Sore itu ku awali dengan jogging berkeliling sekitar 4 putaran dengan berhenti sejenak untuk melihat ada anak-anak SSB Petro sedang berlatih sepakbola. Entah ada berapa kelompok usia waktu itu, yang ku lihat hanya sekejap ada perbedaan tinggi badan di antara 3 lingkaran dalam satu lapangan. Mereka beradu skill dengan teman-temannya didampingi pelatih masing-masing. Terkadang ada pula yang berteriak pada pelatihnya agar segera diberi kesempatan bermain.

            Lucu melihatnya. Usia yang masih semuda itu begitu bersemangat berlatih sepakbola tanpa mempedulikan konflik yang terjadi pada para pesepakbola senior mereka. Bahkan mungkin jauh lebih senior dibanding mereka. Sesekali sambil tertawa. Terkadang pula harus saling beradu fisik untuk merebut bola dari kaki temannya yang lain. Namun, tak ada pertengkaran di antara mereka. Hanya terdengar teriakan-teriakan, “Ayo oper sini!” atau “Hei, aku belum dapat bolanya.”

            Setelah beberapa kali berputar melihat mereka selagi jogging, sayup-sayup terdengar suara teriakan-teriakan bermain bola dan peluit dari dalam stadion. Ya, stadion kebanggan publik Gresik semenjak dulu, Stadion Tri Dharma. Setiap Selasa dan Kamis sore, serta Sabtu pagi selalu ramai dengan bapak-bapak karyawan maupun para putra daerah yang ingin berlatih bola bersama.

            Hari itu di lapangan utama yang ku lihat adalah para ‘senior’ yang hamper tak ada yang ku kenal. Iya, bapak-bapak lebih tepatnya. Di sampingnya, track lari digunakan untuk para anak atletik yang sedang latihan marathon dan estafet.  Masih anak-anak lho yang ikut latihan atletik ini, yah sekitar usia SD-SMP sepertinya. Kemudian di lapangan samping tribun ekonomi, A2 ada beberapa putra daerah yang asik bermain bola kucing-kucingan.

            Sebagian besar di antara adalah para pemain sepakbola yang kemarin masih mengikuti kompetisi nasional. Kemudian terhenti karena adanya konflik di tubuh PSSI. Sebut saja, Wismoyo, Agus Indra, Herman Rhomansyah, Ahmad Junaidi, Sauqi, Kurniadi, Mulyanan, dan lainnya. Mereka masih bersemangat bermain sepakbola di tengah kompetisi yang sudah berhenti ini. Canda tawa mereka sesekali terdengar. Aku kagum dengn semangat mereka mencintai sepakbola yang sudah menjadi profesi mereka itu, bukan hanya sekedar hobi maupun passion.

            Lalu perhatianku berpindah dan tertuju pada 2 sosok anak kecil yang sedang bermain bola di belakang gawang. Masih SD nampaknya. Mereka mengambil salah satu bola yang keluar dari lapangan utama dan memainkannya mengoper pada satu sama lain secara bergantian. Canda tawanya terdengar sayup-sayup menggodaku untuk ikut tertawa melihat tingkah laku mereka. Hingga akhirnya aku tertawa lepas sendiri karena melihat salah satu anak tersebut terjatuh saat akan menendang bola pada temannya.

            Temannya ikut tertawa. Anak yang terjatuh ini tak kunjung bangkit dan berdiri. Dia menggosok-gosok pantatnya yang sakit karena terjatuh di lapangan berpasir. Lalu sambil tertawa pula ia meminta temannya untuk mengambilkan bola mereka dan bermain kembali.

            Sejenak aku berpikir, kecintaan seseorang terhadap sesuatu tak pernah bisa meredupkan semangat mereka untuk bangkit dari keterpurukan. Baik yang berusia muda ataupun sudah tua. Jika ada satu pintu yang tertutup, masih ada pintu lain yang sedang terbuka. Para senior memberikan contoh semangat yang tak pernah padam untuk berusaha lebih baik, inilah yang dapat dijadikan contoh untuk para junior agar dapat menjadi lebih baik dari senior mereka. Selamat berjuang senior! Selamat berusaha lebih baik lagi adik-adik junior!