Rabu, 19 September 2012

Goa China : Pantai Indah di Desa Terpencil


09 September 2012

Rencana ini berawal dari keinginanku untuk kembali pergi memantai bersama teman-teman. Sudah dari sekitar 2 bulan lalu, namun tak kunjung terealisasi. Hingga akhirnya rencana minggu ini pun hampir gagal karena bertabrakan dengan beberapa agenda teman-teman. Untung saja beberapa teman lainnya mau menggantikan mereka.

Tepatnya sekitar tanggal 5 September kami berlima memutuskan untuk pergi ke Malang. Berdasarkan informasi dari kakak sepupuku yang pernah ke pantai ini, katanya masih asli dan pasirnya pun bagus. Kami pun berkeliling Malang dahulu baru keesokan harinya ke pantai ini.

Jaraknya sekitar 69 km dari Kota Malang, perjalanan ditempuh sekitar 1,5-2 jam. Jalan yang ditempuh hampir sama dengan jalan menuju Pantai Sendang Biru, Bajulmati, dan Balekambang. Hanya saja berbeda belokan saat berada di Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Kalau dari Pantai Sendang Biru, mungkin jaraknya sekitar 6 km. Jalan yang ditempuh tentu saja jalanan khas pegunungan yang naik turun dengan tikungan-tikungan tajam mengawali petualangan kami sebelum sampai di pantai.

Saat ada pertigaan besar ada petunjuk arah ke Pantai Sendang Biru lurus, sedangkan Pantai Goa China ke kanan. Saat itulah pemandangan khas pegunungan yang naik turun mulai terlihat indah. Sesekali memang dikejutkan dengan turunan yang tajam. Kata teman-teman seperti naik jet coaster yang mengocok isi perut. Nanti di turunan terakhir ada tulisan kecil yang bertuliskan “Goa China 800 m”.

Jalanan masuk ini khas jalanan desa yang masih terpencil. Dipenuhi batu dan kapur, untuk yeng berkendara motor harus sangat berhati-hati karena beberapa batu agak tajam. Karena masih belum diaspal, masuk menuju pantai jadi terasa lebih lama. Akan tetapi, nanti setelah mencapai bibir pantai dan melihat keindahan khas laut selatan, semua lelah akan hilang dengan sendirinya.

Pasir putih dengan sedikit rumah-rumah keong yang telah hancur menjadi pemandangan tersendiri. Kemudian beberapa pulau kecil juga melindungi besarnya ombak laut selatan. Di ujung sebelah kanan pun ada petunjuk menuju Goa China yang menjadi sejarah nama pantai ini.





Bibir pantainya agak terpisah dengan karang di laut. Dilumuri lumut hijau yang menambah keindahan air laut yang jernih, serta ombak yang menantang ketika akan bermain air di pinggir pantai. Selain itu, dari pantai ini pun dapat terlihat Pulau Sempu yang tertutup pohon-pohon hijau.



Terbius Keindahan Pulau Sempu dan Segara Anakan


20 Juli 2011

Sekitar 5 hari lalu aku secara mendadak menyetujui untuk ikut teman-temanku berekspedisi ke salah satu pulau yang terkenal dengan segara anakannya. Ya, Pulau Sempu. Pulau yang berada di daerah Malang Selatan ini terkenal masih asli dan begitu membuat penasaran siapa saja penikmat adventure.

Ditempuh sekitar 2 jam dari Kota Malang dengan melewati Pantai Sendang Biru, pulau ini terkenal juga sebagai taman wisata yang dilindungi. Karena itu dikabarkan tidak sembarang orang dapat memasuki dan bercamping ria di sana.

Dulu aku memang pernah ke Pantai Sendang Biru, namun itu sudah sekitar 4 tahun yang lalu. Dan pemandangan di sana memang tidak seperti pantai-pantai biasanya. Pantai ini tertutup luasnya Pulau Sempu, sehingga ombak laut selatan yang masuk masih terlampau tenang. Perahu-perahu nelayan pun bebas di parkir di pinggiran pantai.



Kami berangkat ke Malang agak terlambat dari jadwal, kami berangkat dari Surabaya sekitar jam 6 sore. Sebelumnya kami harus pergi ke Mojokerto untuk menjemput saudara temanku. Kami berangkat berenam, dan sayalah yang paling cantik diantara pemuda-pemuda ini. Hehehe

Kami berangkat dari Mojokerto sekitar jam 8 malam, lalu langsung mengudara ke Malang. Hingga sampai di daerah Turen sekitar jam 11 malam. Jalan menuju Sempu tentu saja sama dengan ke Pantai Sendang Biru. Melewati jalan berliku dengan tikungan-tikungan tajam khas pegunungan yang naik turun. Tak terasa kami pun tiba di Sendang Biru sekitar jam 2 malam. Ya, saat-saat paling tidak tepat untuk menikmati angin pantai yang dingin.

Kami baru menyeberang ke Pulau Sempu esok harinya. Karena tidak ingin menyalahi prosedur yang ada, kami meminta ijin pada pengelola untuk pergi ke Pulau Sempu. Dan setelah surat ijin telah kami dapatkan, kami segera meminta nelayan untuk mengantarkan kami menyeberang. Biaya menyeberang pergi-pulang sekitar 100 ribu untuk 1 perahu. Nanti sesuai perjanjian, kami akan dijemput lagi.

Jalanan menuju Segara Anakan tidaklah mudah, kami harus melewati hutan basah yang tentu saja banyak hewan-hewan penghuninya. Untuk mengantisipasi kaki lecet atau terluka, sebaiknya menggunakan sepatu atau sandal yang memang untuk tracking. Karena saya mengalaminya sendiri akibat kesalahan memakai sepatu.

Perjalanan melewati hutan basah ini ditempuh sekitar 2 jam dari penyeberangan. Padahal jaraknya dengan Segara Anakan hanya sekitar 2,5 km. Tapi karena yang dilewati berupa hutan yang masih asli, ya siapkan fisik dan bawa air minum secukupnya untuk berjaga-jaga. Ada pula yang membawa kompor gas, LPG, hingga air gallon untuk berjaga-jaga mungkin yang ingin menginap. Oh iya, jangan lupa untuk yang ingin beristirahat agar membawa tenda atau tikar. Karena siang hari tetap panas.


Perjalanan kami dihargai sangat mahal setelah akhirnya kami pun tiba di Segara Anakan. Sungguh indah ciptaan-Nya. Pantai yang masih asli, dikelilingi pohon-pohon rimbun, dan sesekali terdengan deburan ombak yang menabrak karang di ujung pulau menjadi pemandangan yang tak terlupakan. Bahkan untuk berenang atau bermain air di tengah pun tidak perlu takut, karena airnya tidak terlalu dalam seperti pantai-panti biasanya. Pasir pantainya yang halus pun masih dapat digunakan untuk berlarian atau malah bemain futsal bersama.


Selain itu ada beberapa monyet yang biasanya berlalu-lalang menggoda pengunjung atau bahkan mengambil makanan milik pengunjung. Tapi tentu saja mereka pada dasarnya tidak mengganggu pengunjung yang sedang menikmati pantai. Hanya saja agak sedikit kecewa setelah pulau ini mulai ramai dikunjungi orang, banyak sampah yang berserakan. 

Serunya Bermain di Pantai Tambakrejo

2 Desember 2010
  
Blitar merupakan daerah yang luas, terdiri dari Kabupaten dan Kota membuatnya terlihat berpotensi menjadi tempat wisata yang indah. Apalagi kota ini sebenarnya merupakan dataran tinggi dan berada di daerah selatan Jawa Timur. Seperti yang sering dibicarakan banyak orang, pesisir selatan memiliki keistimewaan tersendiri dengan panta-pantainya. Ya, pantai yang indah dengan pasir putih dan volume ombak yang besar menjadi ketertarikan saya untuk selalu berkunjung ke pantai-pantai selatan.

Kali ini tujuan saya adalah menuju Pantai Tambakrejo di daerah Kademangan, Blitar. Awalnya saya agak sangsi dengan keindahan pantai ini, namun karena Om saya mengatakan bahwa pantai itu juga terkenal karena adanya pasar ikan, akhirnya saya pun menyetujui untuk pergi ke sana. Kami berangkat dengan rombongan satu mobil avanza penuh. Bersama dengan ketiga sepupu, ponakan, ibu, serta om dan tante kami berangkat siang itu.

Tante dan om menjelaskan bahwa mereka mengetahui pantai itu juga karena tante yang merupakan guru di salah satu sekolah di daerah tersebut. Jaraknya agak jauh memang dari kota, ditempuh sekitar 45 menit sampai satu jam. Seperti pada pantai-pantai di daerah lain, jarak masuk antara jalan besar dengan pantai masihlah kurang layak. Perjalanan kami juga dihiasi dengan pemandangan bukit-bukit yang saat itu kering, mungkin karena bersamaan dengan musim panas.

Sesampainya di pantai, terlihat ada pasar ikan dan berbagai macam warung yang dibuka. Begitu juga dengan kamar mandi umum dan mushola yang ramai digunakan oleh pengunjung. Beberapa nelayan sepertinya baru saja kembali dari aktivitasnya mencari ikan. Mereka terlihat tak kesulitan akan menjual ikannya kemana, karena beberapa pengunjung langsung mendekati untuk membeli ikan hasil tangkapan mereka.

Kami menunggu sejenak di bibir pantai, ada tempat istirahat yang sudah disediakan oleh pemerintah. Ya, bentuknya memang mirip dengan rest area, hanya saja tipe mininya.

Adik-adik sepupuku langsung saja melepas sandalnya menuju lautan, disusul dengan kakak sepupuku yang menggandeng keponakanku. Aku pun tak mau ketinggalan, hanya tinggal menitipkan sandal pada ibuku dan langsung berlari menyusul mereka.

Pantai ini memiliki sedikit perbedaan dengan pantai yang sebelumnya ku kunjungi. Karena ombak laut selatan yang terkenal menyeramkan, salah satu sudut bibir pantai dibangun sebuah tembok tinggi untuk menahan deburan ombak. Cukup aman untuk bermain anak kecil jika berada di dekat tembok ini.

Pantai ini punya keindahan yang khas sebagai pesisir laut selatan. Posisinya di tengah bukit-bukit besar yang terlihat indah dari kejauhan dengan warnanya yang hijau. Begitu pula deburan ombak yang besar tidak membuat saya takut bermain air di sini, malah ingin bermain dengan saudara-saudara saya.


Berpetualang Ke Pantai Serang

11 November 2010

Awalnya sama sekali tak ada pikiran untuk pergi ke pantai ini. Namun, karena aku dan temanku, Yani penasaran dengan pantai ini, akhirnya kami pun memutuskan pergi ke sana dengan dadakan. Tak ada persiapan sama sekali menuju pantai yang berada di perbatasan antara Malang dan Blitar ini.

Kami berangkat sudah cukup malam saat itu, ya Jumat malam kami langsung menuju Malang untuk beristirahat sejenak. Bukan bermalam di penginapan, tapi dalam mobil yang terparkir di McD. Terlihat seperti anak perantauan sepertinya. Hehehe

Jadwal untuk keesokan harinya adalah jam 5 pagi harus sudah berangkat dari kota menuju Karangkates. Waduk sekaligus tempat wisata ini menjadi tujuan kami yang pertama untuk melihat matahari terbit, hanya sekitar 30-45 menit saja ditempuh dari Malang kota. Indahnya bagai berada di pantai, karena waduk yang luas disertai dengan bukit yang hijau dipadu dengan sinar matahari yang kekuningan.

Sejenak menikmati dinginnya Karangkates sambil berfoto-foto. Sebagai mahasiswa yang disibukkan dengan kuliah, mungkin baru kali ini refreshing yang benar-benar nekat alias mbolang. :D



Perjalanan selanjutnya adalah tujuan utama kami, yaitu Pantai Serang. Pantai ini jaraknya sekitar 45 km dari Kota Blitar atau dari Kota Malang, dengan waktu tempuh sekitar 1-1,5 jam. Dengan jalanan yang berliku dari Malang dan naik turun gunung, agaknya perlu berhati-hati.

Jalan masuk menuju Pantai Serang agak sedikit membingungkan, karena tanda arahnya hanya bisa dilihat jika perjalanan ditempuh dari Blitar. Tikungannya dari Malang adalah belok ke kiri setelah pasar buah dan bertepatan dengan terminal kecil di dekat hutan jati. Jalan masuknya kecil dan dikelilingi oleh pohon-pohon jati yang tinggi.

Dari jalanan masuk hingga menuju pantai, masih banyak jalan yang rusak atau penuh bebatuan. Arahnya pun tidak bisa diperkirakan, namun jika menanyakan pada warga sekitar, mereka pasti tahu. Biasanya mereka akan memberikan pilihan mau ke Serang atau Jolosutro. Bedanya, pada jalanan agak menanjak jika ke Serang belok ke kanan, sedangkan untuk Jolosutro lurus.

Jalanan ke Pantai Serang ini sempit dan masih banyak bebatuan hingga turunan yang tajam. Namun, keindahan alam sekitar mampu menghapuskan segala lelah selama perjalanan.

Setelah melewati beberapa hektar area sawah, kami menemukan tikungan kecil yang merupakan jalan utama menuju pantai. Kata beberapa orang ibu-ibu yang kami tanyai, jalanannya sedikit becek karena memang jalanan lempung. Tikungan itu ternyata juga merupakan turunan tajam, jadi saat ada mobil lain yang mau keluar atau masuk harus bergantian.

Pantai Serang ini terdiri dari 3 bagian pantai kecil. Salah satunya, yang terbesar biasanya digunakan untuk larung hasil bumi di Blitar. Karena merupakan pantai pesisir selatan, ombak yang cukup deras dan buihnya yang putih terlihat indah. Begitu juga keindahan pantai karena dibatasi oleh bukit-bukit hijau disisi-sisinya.




Setelah cukup puas bermain air dan menikmati indahnya Pantai Serang, kami pun pulang dengan kepuasan yang membuncah. Keindahan pantai ini sungguh sepadan dengan perjalanan yang jauh kami tempuh dari Surabaya.