Senin, 06 Agustus 2012

Pesan Untuk Sahabat


Entah mengapa, beberapa hari ini di tengah kesibukanku mengerjakan berbagai macam tugas, aku justru terpaku saat pergi berjalan-jalan dengan saudara-saudaraku. Aku teringat kalian... Kalian para sahabatku yang tak kenal lelah menemaniku, dengan berbagai macam hal baik dan buruk yang ku lakukan sampai saat ini...

Terwujud beberapa gambaran, mengapa kita dapat melaluinya bersama-sama...
Semuanya...

Karena itu ku tulis ini hanya untuk kalian, sahabatku...

Usia kita mungkin tak terpaut
Dan tangan kita mungkin tak pernah bergandeng
Tapi dalam hati sudah terpatri
nama
keunikan
dan bahkan wajah masing-masing

Ingatkah kalian
Apa yang membuat kita saling mengenal?
Apa yang membuat kita tertawa?
Dan apa yang membuat kita mampu menangis bersama?
Ya, takdir

Dengan segala kekurangan dan kelebihan
Semuanya terasa begitu sempurna

Dengan berbagai macam cobaan
Permasalahan
Pertengkaran
dan perdebatan
kita mampu bertahan
bertahan sampai hari ini
detik ini

Adakah yang ingin kau katakan sobat??
Ya, yang kan slalu terucap
hanyalah Terima Kasih

Beberapa kesempatan terkadang hanya datang sekali...
Karena itu sebelum terlambat, ucapkanlah Terima kasih pada mereka...
Sahabatmu, yang telah menemanimu menjalani hidup ini...

NB :  
-    Sahabat akan benar-benar jadi seorang sahabat jika ia tetap mau menerimamu kembali meski kalian pernah
     bertengkar
-    Sahabat bisa jadi musuh atau pacar, dan musuh atau pacar juga bisa jadi sahabat 

Ini Idolaku, Mana Idolamu?


Aku bersyukur meski tak terlalu pandai dalam pendidikanku, tapi aku memiliki contoh yang baik, dan tentu saja idolaku. Ya, seorang laki-laki yang ku panggil Bapak adalah seseorang yang pas ku sebut idola. Sebenarnya banyak alasan yang membuatku untuk tidak menganggapnya begitu, tapi tidak untukku. Banyak cerita tentang beliau. Dari awal cerita mereka tentangku, pertama kali aku bisa bicara, aku memanggilnya. Mungkin aneh, tapi entahlah. Mungkin itu sedikit alasan mengapa aku terlihat lebih dekat dengan beliau.

Ketertarikanku dimulai saat umurku masih 2 tahun. Kebiasaan membaca koran akhirnya ku bawa sampai sekarang. Mungkin meminum kopi juga iya, tapi ya sudahlah itu bukan ketertarikan yang baik sekarang. Sampai aku sadar dan masih ku ingat betul, beliau mengajarkanku berhitung dengan Bahasa Jepang. Meski tak lancar dan sekarang pun sudah ku lupakan, tapi itu sebuah kenangan indah dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi Shinta kecil.

Tak sampai di situ, aku masih diharuskan menghafal angka dan beberapa kosa kata dalam Bahasa Inggris. Memang sepengetahuanku, Bapak memiliki Bahasa Inggris yang baik dalam komunikasi pasif saja. Tapi setidaknya sedikit membuatku lebih berguna dengan status Shinta kecil saat itu. Hingga memudahkanku untuk mempelajari materi-materi Bahasa Inggris lainnya di dunia sekolah. Dan ku tahu itu membuatku berbangga hati karena guruku puas menemukan nilai-nilaiku memuaskan, meski tak stabil tentunya.

Sekarang yang ku ingat adalah pendidikanku di bidang yang tak lain berhubungan dengan hukum dan kewarganegaraan. Yang ternyata memang tak pernah ku temui nilai kurang. Lalu aku sadar, aku telah mendapatkan semua pendidikan itu dari usiaku masih sekitar 3 tahun. Meski itu masih kecil untuk seorang anak TK, tapi mereka percaya pada kemampuanku. Dan aku bersyukur atas itu. Sampai saat ini pun, hingga aku merasa terjebak dalam keingintahuan di bidang hukum, aku mencoba bangkit dan mencari tahu sendiri. Aku sadar, mungkin tak takkan bisa seperti beliau. Tapi apa yang beliau dapatkan membuatku berlagak puas, dan berdecak kagum.

Karirnya memang tak secemerlang Pak Otto Hasibuan atau OC Kaligis. Tapi pengalaman dan lagaknya membuatku benar-benar kagum melebihi kekagumanku mungkin pada Randy Pangalila atau Agus Indra. Aku memang baru sekali mengikuti sidang bersama beliau, itupun di Jakarta. Yang mungkin kasusnya akan terasa lebih besar karena yang diadili bukanlah orang asli sana, apalagi dengan jabatannya saat itu. Tatapannya dalam dan kata-katanya tegas, meski disertai dengan Bahasa Belanda yang aku tak pernah tahu artinya. Tapi saat itu aku benar-benar dibuat menganga oleh orang yang telah menjadi ayahku selama berpuluh-puluh tahun itu. Tak pernah terlihat lagi rasa lelah yang sebelumnya sering ku lihat di rumah.

Dan sebagai orang yang mengetahui apa dan bagaimana bidang hukum itu, beliau tak pernah menggunakannya untu orang-orang terdekatnya maupun dirinya sendiri. Meski itu merugikan dirinya. Terkadang ada perasaan marah atau sedih saat mengetahui bahwa beliau dirugikan. Ku pikir, cukuplah apa yang Bapak ketahui dan pelajari selama ini. Dan tentu saja hal itu dapat digunakan jika beliau sedang dirugikan oleh pihak lain. Toh UU tentang customer atau masalah RS juga sudah ada, terbaru pula. Tapi ternyata tidak, sama sekali tidak ada tuntutan atas peristiwa itu. Bahkan tidak pernah mengajarkanku untuk menuntut pihak-pihak yang merugikan, meski tentu saja aku dapat dengan mudah melakukannya.

Bukan soal tuntutan katanya. Bukan juga soal uang. Rugi memang iya, tapi apa gunanya memiliki pengetahuan lebih dan hanya digunakan untuk membalas kerugian kita. Sedikit, dan tak berulang kata-katanya. Tapi sangat bermakna dalam bagiku. Bahkan ketika aku memutuskan akan bekerja di sebuah lembaga hukum, beliau menolaknya mentah-mentah. Mungkin aku akan merasa marah, tapi ternyata tidak. Karena beliau telah memberiku kesempatan belajar dari pengalaman-pengalamannya sendiri.


NB :
- Berkeinginan memang mudah, tapi apa salahnya berpikir realistis sesuai bakat, minat, dan kesempatan.
- Belajar tak hanya lewat pengalaman diri sendiri, tapi juga dari orang lain.
- Suatu saat kau pasti terjatuh, tapi suatu saat nanti kau juga akan bangkit dan mendapatkan yang terbaik.

Ketika Anda, Dia, dan Saya Sama


Memang di dunia ini sebenarnya tidak ada yang sama, yah dari yang saya pelajari hanya ada kemiripan diantaranya. Meskipun itu kembar identik, tapi memang faktanya mereka hanya serupa tapi tak sama. Namun sebagian besar berpendapat bahwa kesamaan itu bisa muncul juga. Mungkin hanya dalam beberapa kasus seperti kloning misalnya. Lalu bagaimana dengan kehidupan ini yang terkadang secara tidak langsung ada yang membuat kesamaan itu muncul. Peristiwa lebih tepatnya yang sering terjadi.

Saat itu saya melakukan kesalahan, anggap saja tidak menghiraukan seorang teman (sebut saja Si A). Dia mungkin sangat memperhatikan dan peduli pada saya, dan saya menganggap sebagai seorang teman yah sudah biasa diantara kami melakukan kesalahan. Mungkin saat itu saya juga tidak sadar ternyata membocorkan rahasianya pada orang lain. Dan ia akhirnya memusuhi saya selama beberapa lama. Namun, dalam jangka waktu tersebut ternyata dia membalas saya dengan membocorkan beberapa rahasia saya pada orang lain. Lalu, apa bedanya dia dengan saya?

Beberapa lama saya dan Anda berteman dekat, sampai-sampai mencurahkan segalanya dengan jujur. Anda bercerita pada saya tentang seseorang yang menurut Anda adalah seseorang yang tidak konsisten dalam bekerja. Anda menganggap bahwa ia merupakan orang yang tidak patut diberi kepercayaan lebih sebagai seorang petinggi. Beberapa waktu kemudian Anda mendapat kepercayaan lebih juga dalam suatu proyek, namun ternyata Anda tidak bisa melakukan tugas tersebut dengan maksimal. Dan Anda juga tidak konsisten terhadap program-program Anda. Bagaimana denganpernyataan Anda sebelumnya?

Ada seorang teman mengatakan bahwa Anda adalah orang yang egois dan mau menang sendiri. Awalnya Anda diam saja dan mencoba menerimanya. Setelah beberapa lama lebih dekat dengannya, dia ternyata tak mau mengalah ketika memutuskan sesuatu untuk bersama. Dia memilih jalan yang aman untuk dilewatinya dan dengan sangat santai tidak memperdulikan Anda. Entah tanpa sadar apakah dia memang berusaha membalas Anda atau justru sebenarnya dia juga egois. 

Anda bercerita pada saya bahwa Anda memiliki trauma pada pacar Anda sebelumnya. Anda mengatakan bahwa ia dulu telah mempermainkan perasaan Anda dan hanya mau berhubungan dengan Anda karena memang ada yang diinginkannya. Beberapa lama kemudian, Anda mendapatkan seorang pacar baru yang lebih baik dari mantan Anda. Anda terlihat sangat menyayanginya, dan mengatakan bahwa dia adalah sosok yang baik karena selalu menuruti apapun permintaan Anda. Baru beberapa lama menjalani hubungan itu tiba-tiba Anda memutuskan untuk mengakhiri hubungan itu tanpa sebab yang jelas. Anda hanya mengatakan pada saya, "Aku trauma, nanti saat aku sudah benar-benar menyayanginya malah dia pergi seperti mantanku yang dulu." Lalu, apa bedanya Anda dengan mantan Anda?

Ini hanya sedikit cerita yang mungkin saya tahu atau saya dengar. Tapi tentunya tidak semua benar-benar baik untuk dicontoh. Mungkin dapat digunakan sebagai refleksi, apa yang harus kita lakukan selanjutnya. Meski memang manusia bukanlah makhluk sempurna dan sering melakukan kesalahan, tapi bisa juga kesalahan itu justru sengaja dilakukan. Beberapa orang berpikir bahwa karma itu ada, tapi cobalah ingat-ingat bukankah hukum timbal balik lebih universal? Tumbuhan dan hewan saja bisa melakukan, kenapa manusia tidak.

Mungkin terasa seperti sindiran, tapi semoga bermanfaat.. =)

Kisah Kita - Ari Lasso


Tak mungkin lagi aku jalan denganmu
bila semua rindu yang ada telah hilang
lupakan saja janji tuk selalu bersama
bila akhirnya hanya buatmu tersiksa

Jangan paksakan untuk bertahan
bila tak ada cintamu lagi
untukku untuk aku

Kau diam saja saat ku ajak bicara
seakan tak ada aku lagi di depanmu saat ini

Jangan paksakan untuk bertahan
bila tak ada cintamu lagi
biarkan aku pergi darimu
akan ku simpan yang baik saja
tentang kamu, semua kisah kita

jangan paksakan untuk bertahan
bila tak cinta lagi

Jangan paksakan untuk bertahan
bila tak ada cintamu lagi
biarkan aku pergi darimu
akan ku simpan yang baik saja
tentang kamu, tentang aku, kisah kita

Apa Bisa - Kotak


Jika aku jadi kamu, aku akan dengarkan
Jika aku jadi kamu, aku akan perhatikan
Yang ku keluhkan, selalu
Pantasnya kamu dengarkan aku dulu

Kali ini apa masih bisa
Aku tahan denganmu
Sebenarnya apa masih bisa
Kamu sayangi aku, apa bisa

Jika aku jadi kamu, tidak sulit mengalah
Karena aku ingin lama, sama kamu berjalan
Yang ku keluhkan, selalu
Pantasnya kamu dengarkan aku dulu

Kali ini apa masih bisa
Aku tahan denganmu
Sebenarnya apa masih bisa
Kamu sayangi aku
Apa bisa, apa bisa, apa bisa
Kali ini apa masih bisa

Kali ini apa masih bisa
Aku tahan denganmu (aku tahan denganmu)
Sebenarnya apa masih bisa
Kamu sayangi aku (apa bisa)
Kali ini apa masih bisa (apa bisa)
Sebenarnya apa masih bisa (apa bisa)
Kali ini apa masih bisaKita bersama-sama...apa bisa

Pilihan Hati - Hello Feat Mega


Ayah ku punya cerita
Saat ini ku tak sendiri
Ibu dengarkanlah aku
‘kan ku bawa pulang kekasih hatiku
Seseorang yang akan mengisi hariku

Dengan dirimu aku bahagia
Dengan dirimu ku temukan cinta
Dengan dirimu akan ku lewati semua
Sisa hidupku bersamamu
 
Ayah Ibu maafkanlah aku
Pilihanmu bukan pilihan hatiku
Hanya dia dia kekasih hatiku
 
Dengan dirimu aku bahagia
Dengan dirimu ku temukan cinta
Dengan dirimu akan ku lewati semua
Sisa hidupku bersamamu
 
Dengan dirimu dengan dirimu aku bahagia aku bahagia
Dengan dirimu ku temukan cinta
Dengan dirimu akan ku lewati semua
Sisa hidupku bersamamu
Sisa hidupku bersamamu
Ayah Ibu maafkanlah aku

Kamis, 02 Agustus 2012

Mirip Belum Tentu Sama


Cukup banyak sepertinya yang mengatakan bahwa aku orang yang terlalu sabar. Memang tak mudah menghadapi semuanya dengan penerimaan dan pikiran yang selalu positif. Terkadang terlihat seperti aku yang selalu terpojok, tapi aku pun mungkin tak tahu bahwa dia merasakan hal yang sama seperti yang ku rasakan itu. 

Ku pikir aku sudah cukup sabar menghadapinya, tapi sepertinya masih belum. Ya, aku masih ingat ucapanku sendiri, "Kesabaran itu tak berbatas, tapi kemauan untuk sabar yang berbatas."

Aneh rasanya saat aku sendiri mengakui bahwa sebenarnya kami sama saja. Sama-sama egois, sama-sama tak mau disusahkan, bahkan sama-sama pemarah (mungkin). Kadang sulit rasanya untuk mengakuinya dan itu yang terkadang membuatku merasa 'lebih' darinya. Padahal ya, sama saja.

Tapi apa dia tahu itu? Tahu apa yang sebenarnya ku pikirkan dan ku rasakan? Sepertinya tidak, atau lebih tepatnya belum. Dan sekali lagi aku harus 'mau' mengakui bahwa itu sama. Aku juga tak tahu kalau ternyata dia juga memikirkan atau merasakan hal yang sama denganku.

Cukup dengan sabar saja kah? Atau disertai dengan ikhlas? Atau bahkan diperlukan toleransi juga? Ya, semuanya mungkin masih belum cukup untuk memberikan kekuatan menghadapi segalanya secara utuh. Bahkan terkadang memahami kemauan diri sendiri saja masih belum mampu, lalu bagaimana bisa memahami kemauan orang lain? Sama saja kan? Sabar dengan kondisi diri sendiri saja masih sulit, bagaimana bisa mengatakan bahwa diri ini sudah sabar dengan orang lain?

Saat ini yang ku tahu adalah aku penganut paham humanis. Bagiku setiap manusia bisa saja melakukan hal yang sama dengan manusia lainnya, meskipun mungkin pada waktu yang berbeda. Dan aku benar-benar harus mau menerimanya, mempraktekkannya, menerapkannya pada diriku sendiri dulu dan baru mencoba menerapkannya pada orang lain.


NB : 
Kalau ada yang merasa tersinggung atau sakit hati dengan tulisan ini, saya minta maaf. Saya hanya mencoba mengungkapkan sedikit persepsi saya saja.
:)

Keindahan Sebuah Tulisan

Menulis itu mudah.. Tapi saat kau tak tau apa yg ingin kau tulis mungkin rasanya akan berbeda..
Menulis adalah salah satu cara untuk mengurangi beban otak..
Tiap tulisan punya kekhasan masing2 dari setiap penulisnya..
Selalu ada makna tersendiri dibalik setiap tulisan..
Karena itu, menulislah..
Menulislah dengan indah..Menulislah dengan keindahan ide pikiranmu..
Menulislah dalam setiap luang waktumu..
Kelak, tulisan itu akan menjadi peninggalan berharga untuk anak cucumu..
Tinggalkanlah kenangan bermanfaat untuk generasi setelahmu, agar mereka mengerti dan mampu menghargai setiap hasil karya seseorang..
:)

Warna-warni Dunia


Saat kamu sudah merasa semuanya lebih baik setelah dia pergi dan kemudian ternyata dia kembali menghampirimu, terimalah itu apa adanya.. Karena sebenarnya Allah swt sudah punya rencana lain untuk kalian..

Ketika kamu bertemu dengan orang yang kamu anggap salah, itu adalah takdir.. Dan ketika kamu merasa harus memutuskan untuk meninggalkannya, itu adalah pilihan..

Allah swt menciptakan persimpangan bukan tanpa alasan, tapi memberimu kesempatan memilih mana yang menurutmu baik.. Tapi tetaplah yakin dari setiap pilihan itu akan selalu ada yang terbaik dari-Nya..

Jika kamu membutuhkan jawaban atas pertanyaanmu sendiri, yang kamu butuhkan adalah kemantapan hati atas apa yang kamu pilih sebelumnya..

Tidak semuanya bisa kamu ceritakan pada orang yang kamu percaya, karena mereka mungkin saja akan merubah segalanya, termasuk keyakinan pada dirimu sendiri..

Meminta maaf selalu membutuhkan keberanian dan kebesaran jiwa, tapi memaafkan lebih membutuhkan kelapangan dan keikhlasan hati..

Membalas perlakuan baik orang lain padamu sudah pasti balas budi, tapi membalas perlakuan buruk orang lain padamu berarti kau belum dewasa..

Allah swt menciptakan manusia selalu dengan lebih banyak kelebihannya daripada kekurangannya.. Tergantung bagaimana dia mengelolanya..

Allah swt akan menunjukkan mana yang memang jalanmu dan itu sudah pasti yang terbaik..

Kalo kamu dikasih kelebihan sama Allah swt, hati-hati kalo ngomong! Jangan gampang marah dan suka ngomong jelek ke orang lain.. Nanti kalo sampe kejadian malah kamu yang nyesel..

Kamu nggak pernah tau apa yang kamu rasakan tentang orang lain itu gunanya apa dan sampai kapan, tapi yang perlu kamu tau itu tetap pemberian Allah swt..

Masih Ada Ibu dan Ayah


Ibu, Mama, Umi, Bunda… Ada berbagai macam panggilan untuknya, dia yang telah melahirkan aku, kamu, dia, bahkan mereka yang mungkin juga tak kau kenal. Tapi dari sekian banyak panggilan itu, adakah yang merubahnya? Tidak. Sama saja. Kedudukannya masih spesial karena kemuliaannya mengandung selama 9 bulan dan tentu saja melahirkan. Tak salah juga pepatah yang sering kita dengar bahwa surga berada di telapak kaki ibu.

Kita tak bisa mengingat saat kita dalam kandungan, ataupun bagaimana beliau merawat kita saat bayi. Tapi apa yang beliau rasakan saat itu masih tergambar jelas pada raut wajahnya dan matanya yang hingga saat ini selalu mencoba menjaga kita. Tertawa saat kita tertawa, menangis saat kita bersedih, dan mencoba lebih tegas saat kita melakukan kesalahan. Tegas lho ya! Bukan  marah. Istilah marah hanya muncul karena kita melihat ketegasannya dari sisi lain, ego kita. Bukan dari sisi beliau melakukannya.

Terkadang pandangan kita sebagai seorang anak jauh berbeda dengan orang tua kita, tak hanya ayah, ibu juga. Larangan berteman dengan  si ini atau si itu, pulang larut malam, harus banyak makan sayur, hati-hati di jalan, atau masih banyak lagi. Rasanya ingin marah tapi juga sedih, dan yang bisa dilakukan hanya menangis lalu masuk ke kamar lagi. Bukankah kebanyakan dari kita seperti itu? Lalu pernahkah kita memikirkan alasan mengapa ayah atau ibu melarang kita melakukannya? Mudah sebenarnya, logis pula.

Beliau tak ingin kita terjerumus dalam pergaulan yang salah, tak semua teman kita akan menjadi teman sejati sampai tua nanti kan? Bukankah pertemanan itu sebenarnya hanya sebagian dari simbiosis mutualisme sebuah kepentingan? Banyak pula peristiwa buruk yang dialami dari persahabatan. Tak semua teman-teman kita juga mau menerima kekurangan kita. Tak juga sahabat. Beliau hanya ingin kita berhati-hati saja, karena tak ada satu orang pun yang dapat dipercaya 100%. Sebenci-bencinya orang tua terhadap anaknya, apakah mereka tak akan mau menerima anaknya kembali meski telah melakukan kesalahan fatal? Hati kecil mereka masih utuh untuk menerima kita, apalagi ibu yang sudah mengandung dan melahirkan kita.

Saat kita mulai beranjak dewasa, yang laki-laki bermalam mingguan dengan pacarnya atau yang perempuan didatangi lelakinya. Pernahkah kita berpikir bahwa orang tua kita mencemaskan kita? Apalagi jika pulang hingga larut malam? Bukan karena tak percaya pada pasangan, tapi lebih ingin menjaga. Karena nanti setelah kita menikah, tanggung jawab itu akan berpindah pada pasangan baru kita. Lihatlah saat kebanyakan orang menikah, mereka akan menangis karena mungkin ini jadi salah satu cara membahagiakan orang tua. Lalu ibu, menangis terharu karena anak yang telah beliau kandung, lahirkan, dan dirawat telah sedewasa itu hingga mampu mengemban tanggung jawab yang lebih berat lagi.

Pernahkah kita juga menyadari bahwa ibu juga ingin dimanja oleh anaknya? Bukan hanya soal balas budi, tapi lihatlah sedikit ke masa lalu. Saat kita sakit atau menangis sedih karena suatu permasalahan, ibu akan selalu menjadi yang pertama menanyakan keadaan kita. Bahkan ayah pun ikut mengkhawatirkan kita meski mungkin tak mau menunjukkan kekhawatirannya. Beliau juga ingin diperhatikan anak-anaknya yang mungkin karena mulai beranjak dewasa akan perlahan pergi menomorsatukan urusan mereka yang lain daripada orang tuanya. Lalu saat kita pergi jauh, beliau akan merasa kesepian. Tapi tak selalu menghubungi kita dan menanyakan keadaan kita kan? Itu bukan berarti tak peduli, tapi setidaknya beliau sudah mempercayai kita untuk menentukan jalan kita sendiri.

Banyak peristiwa yang tidak kita sadari sesungguhnya membawa kita pada keadaan yang lebih baik. Tapi ego dan kondisi lingkungan memang lebih banyak membuat kita menghabiskan waktu yang sia-sia. Jangan sia-siakan saat pikiran positif itu datang dan mengungkap segala kasih sayang orang tua kita! Jalani dan lakukan apa yang masih mampu kita lakukan sebelum ayah dan ibu kita pergi meninggalkan kita, karena kita takkan pernah tahu siapa yang akan pergi lebih dahulu.

Wanita Terlukis Indah di Dunia


Sadarkah para wanita, bahwa sebenarnya mereka itu lebih kuat dibanding dengan pria? Ingatkah pada kasih sayang ibu pada anaknya? Dan bagaimana seorang wanita tetap bertahan sebagai single parent?
Berbagai macam anggapan tentang wanita di zaman yang sudah modern ini semakin ramai bermunculan. Di awali saat Ibu Kartini yang memperjuangkan hak-hak wanita hingga membuatnya sebagai pahlawan bagi para wanita lainnya. Kemudian munculnya banyak wanita karir menjadi sebuah fenomena tersendiri. Namun, dibalik itu semua sebenarnya para wanita memang telah diberikan kekuatan tersendiri oleh Yang Kuasa.
Secara fisik seorang wanita diciptakan memang tak jauh berbeda dari seoarang pria. Namun sebenarnya terdapat banyak perbedaan antara wanita dan pria. Lihatlah tutur katanya yang halus dan lembut, kasih sayangnya yang tulus, tingkah lakunya yang lemah lembut, serta pola pikirnya yang lebih menggunakan perasaan. Mereka diberikan keistimewaan dengan kepekaan perasaannya pada darah dagingnya dan orang-orang terdekatnya.
Lihatlah saat seorang ibu yang baru saja melahirkan, beliau dengan sabar dan lembut menyusui bayinya. Beliau rela tidak tidur semalaman demi menjaga sang bayi agar tidak terganggu oleh nyamuk ataupun terbangun dan menangis. Dengan ketulusan hatinya, beliau Hingga saat sang anak belajar bersepeda, jatuh, dan terluka, ibu takkan marah. Beliau dengan sabar mengobati luka anaknya dan menenangkannya agar tak menangis lagi.
 Kemudian saat sang anak telah tumbuh dewasa dan memutuskan untuk hidup sendiri yang mungkin jauh darinya, beliau hanya menangis terharu dan rela melihat anaknya telah tumbuh dan mampu hidup mandiri. Di saat sang anak telah berada jauh dari ibunya, dan ia mengalami sebuah hal yang menyedihkan atau musibah, ibu dengan kepekaannya seakan tahu apa yang dirasakan oleh anaknya. Hanya ibu lah yang mengerti bagaimana cara mengasuh anak dan menyayanginya sepenuh hati, hingga dalam saat apapun beliau mengerti apa yang dirasakan oleh anaknya. Seperti yang digambarkan oleh sebuah peribahasa kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang galah.
Kemudian dengan berkembangnya zaman, hingga tahun 2010 ini hampir berakhir telah diketahui banyak kasus perceraian dikalangan wanita muda kita. Berbagai macam alas an diungkapkan, entah karena ketidakcocokan atau karena perselingkuhan sang suami. Namun meski berbagai macam kasus dan kesedihan  melanda mereka, mereka tetap kuat dan tegar. Mereka rela untuk bertahan tidak menikah lagi dan menjadi single parent bagi anak-anak mereka. Faktanya meskipun kebanyakan wanita korban perceraian tersebut lebih memilih sebagai single parent, tapi mereka masih sanggup membiayai dan menyayangi anak-anak mereka selama bertahun-tahun.
Kemudian ketika seorang wanita memutuskan untuk bekerja, tak main-main mereka rela mengambil resiko pekerjaan yang mungkin itu hanya dilakukan olah para pria. Seperti pernah diketahui dari sebuah stasiun televisi yang menyiarkan tentang berita adanya seorang wanita yang bekerja sebagai sopir bus trans Jakarta. Saat ia ditanya mengapa ia mau bekerja sebagai sopir, ia hanya menjawab bahwa ia ingin menjawab tantangan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh kaum pria tersebut.
Sebenarnya begitu banyak keistimewaan yang dimiliki para wanita, namun mungkin semuanya hanya tertutupi oleh kuasa para pria yang lebih terlihat dan dianggap kuat. Padahal faktanya, wanita lah yang lebih kuat daripada pria. Jadi berbanggalah wahai kaum wanita.

Petrokimia Putra Berganti Kostum Gresik United

Tiba-tiba aku ingin mengingat sedikit tentang Petrokimia Putra hingga generasi yang selanjutnya. Ya, anggap saja ini menjadi ulasan kembali setelah tulisanku sebelumnya mengenai hal yang sama. Tak banyak yang ku ketahui tentang mereka sebenarnya. Masing-masing generasi memiliki cirri khas yang tidak dapat dilupakan, ringannya tentang perjuangan mereka atau prestasilah biasa mereka menyebutnya.            Yang ku tahu adalah ketika masa perubahan secara besar-besaran itu dimulai, para pemain yang dulu betah tinggal di tim pergi satu per satu. Pindah ke klub yang mau menampung mereka dan menghargai perjuangan mereka yang sebelumnya. Mungkin bagi banyak pihak, itu bukanlah bukti loyalitas mereka pada tim yang saat itu memang terpaksa harus terdegradasi. Tapi aku masih percaya, suatu saat nanti mereka akan kembali.            Kemudian satu per satu pemain baru datang, lebih tepatnya pemain muda. Mungkin terlihat belum berpengalaman, seperti anak baru kemarin sore. Ya, aku masih ingat betul saat itu. Aku masih begitu ceria saat memanggil mereka dengan sebutan ‘mas’. Aku tak terlalu hafal siapa saja pemain yang baru datang itu. Beberapa terasa tidak asing karena berasal dari Kota Pudak sendiri atau dari Kota Pahlawan dan Kota Udang. Salah satunya yang masih ku ingat adalah Basuki dan Herman Rhomansyah.                      Basuki waktu itu baru saja pindah dari Persebaya, dan dia bermain bagus di sana. Sedangkan Herman, aku masih sangat mengenalnya karena dia adik dari Agus Indra. Kami memang sudah lama saling mengenal, meski mungkin aku lebih tahu siapa kakaknya yang sebenarnya. Basuki dan Herman sama-sama memiliki loyalitas tinggi pada klubnya. Aku tahu itu karena beberapa kali (sekali lagi) aku main-main ke mess dan ternyata susunan mess itu tak pernah berubah, hanya penghuninya saja. Dengan tambahan Purwaka Yudhi dan Mulyani yang keduanya berasal dari Lampung.            Petualanganku dimulai lagi dengan kenalan-kenalan baru itu. Pengalaman yang tidak dapat ku lupa ialah aku selalu saja jadi sasaran cemburu oleh kekasih para pemain itu. Entah kenapa, ku pikir aku yang masih anak lugu itu tidak mungkin lah merebut mereka yang sudah mapan dan berpendirian itu. Tapi sudahlah, mungkin memang hanya salah paham saja karena memang aku dan para pemain itu masih merasa teman baik. Tentu saja aku juga sadar mereka terlalu baik padaku, bahkan bukan hanya sering mendapat tiket nonton pertandingan mereka, juga jajanan kecil yang ada di mess pun sering mereka bawakan pulang padaku.
            Hingga kemudian tim itu bukan malah mengalami peningkatan malah penurunan. Ada yang salah sepertinya mengenai manajemen tim dan kepengurusannya. Beberapa kali mereka sedikit membocorkan mengenai jam meeting atau bahkan undangan gaji yang dibayar telat tanpa alasan yang jelas. Maklum saja waktu itu memang rata-rata klub di Indonesia masih menggunakan dana APBD dari masing-masing daerah. Protes pun tak mungkin, yang bisa ku lakukan hanya mencoba konfirmasi apa benar soal macetnya dana itu dari pemerintah. Aku yang masih seumur jagung itu juga tak mungkin ikut campur urusan mereka yang jelas lebih dewasa dan berpengalaman daripada aku.
         Aku hampir saja terlihat gila dengan para pemain ini. Seringkali aku pergi ke mess hanya sekedar bercanda dengan mereka. Apalagi saat mereka latihan sore aku selalu menyempatkan untuk melihat mereka. Sampai-sampai semua pemain pun hafal padaku, benar-benar seperti perempuan fanatik terhadap pemain dan bukan sepak bolanya. Aku selalu mencoba mendukung mereka dan update mengenai kabar terbaru tentang tim dan satu per satu pemainnya. Hingga aku sadar bahwa tim itu pun akhirnya akan dilebur menjadi Gresik United. Ya, peleburan antara Persegres dengan Petrokimia Putra itu disebabkan sudah tak adanya dana dari pihak Petrokimia karena prestasi tim yang lama kelamaan menurun dan kemudian pemerintah pun mengambil alih semuanya.            Pemain-pemain baru pun akhirnya berdatangan dan pemain lama pun pergi ke klub mereka yang baru. Kebanyakan pemain merupakan pemain muda yang berasal dari daerah maupun putra daerah sendiri dan aku juga tak terlalu kenal dengan mereka. Hingga beberapa musim terlewati dan pemain-pemain lama yang dulu merantau pun kembali lagi. Aku menemukan teman-temanku lagi dengan kondisiku yang mulai beranjak dewasa. Di satu sisi aku senang karena mereka mau bangkit dengan loyalitas mereka pada klub, tapi di sisi lain aku sedikit kecewa ternyata mereka kadang menuntut informasi lebih mengenai gaji kepada pemerintah.            Ku pikir inilah hidup, butuh terjatuh untuk menyadari bahwa ada sesuatu yang berharga yang pernah disia-siakan. Kini setelah dua musim lalu Gresik United mengalami masa-masa geje dan akhirnya mampu bangkit kembali, justru PSSI yang menyia-nyiakan kesempatan para pemain muda untuk dapat berkembang. Tim sepak bola Kota Pudak pun harus rela terbagi menjadi dua menjadi Persegres dan Gresik United. Opini masyarakat pun akhirnya terbagi hingga beberapa kabar bermunculan tentang adanya kelompok supporter baru selain Ultrasmania.
            Mungkin sedikit menyalahkan PSSI karena langkahnya sudah membuat beberapa klub dan kelompok supporter menjadi ru