Aku bersyukur meski tak terlalu pandai dalam pendidikanku, tapi aku memiliki contoh yang baik, dan tentu saja idolaku. Ya, seorang laki-laki yang ku panggil Bapak adalah seseorang yang pas ku sebut idola. Sebenarnya banyak alasan yang membuatku untuk tidak menganggapnya begitu, tapi tidak untukku. Banyak cerita tentang beliau. Dari awal cerita mereka tentangku, pertama kali aku bisa bicara, aku memanggilnya. Mungkin aneh, tapi entahlah. Mungkin itu sedikit alasan mengapa aku terlihat lebih dekat dengan beliau.
Ketertarikanku dimulai saat umurku masih 2 tahun. Kebiasaan membaca koran akhirnya ku bawa sampai sekarang. Mungkin meminum kopi juga iya, tapi ya sudahlah itu bukan ketertarikan yang baik sekarang. Sampai aku sadar dan masih ku ingat betul, beliau mengajarkanku berhitung dengan Bahasa Jepang. Meski tak lancar dan sekarang pun sudah ku lupakan, tapi itu sebuah kenangan indah dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi Shinta kecil.
Tak sampai di situ, aku masih diharuskan menghafal angka dan beberapa kosa kata dalam Bahasa Inggris. Memang sepengetahuanku, Bapak memiliki Bahasa Inggris yang baik dalam komunikasi pasif saja. Tapi setidaknya sedikit membuatku lebih berguna dengan status Shinta kecil saat itu. Hingga memudahkanku untuk mempelajari materi-materi Bahasa Inggris lainnya di dunia sekolah. Dan ku tahu itu membuatku berbangga hati karena guruku puas menemukan nilai-nilaiku memuaskan, meski tak stabil tentunya.
Sekarang yang ku ingat adalah pendidikanku di bidang yang tak lain berhubungan dengan hukum dan kewarganegaraan. Yang ternyata memang tak pernah ku temui nilai kurang. Lalu aku sadar, aku telah mendapatkan semua pendidikan itu dari usiaku masih sekitar 3 tahun. Meski itu masih kecil untuk seorang anak TK, tapi mereka percaya pada kemampuanku. Dan aku bersyukur atas itu. Sampai saat ini pun, hingga aku merasa terjebak dalam keingintahuan di bidang hukum, aku mencoba bangkit dan mencari tahu sendiri. Aku sadar, mungkin tak takkan bisa seperti beliau. Tapi apa yang beliau dapatkan membuatku berlagak puas, dan berdecak kagum.
Karirnya memang tak secemerlang Pak Otto Hasibuan atau OC Kaligis. Tapi pengalaman dan lagaknya membuatku benar-benar kagum melebihi kekagumanku mungkin pada Randy Pangalila atau Agus Indra. Aku memang baru sekali mengikuti sidang bersama beliau, itupun di Jakarta. Yang mungkin kasusnya akan terasa lebih besar karena yang diadili bukanlah orang asli sana, apalagi dengan jabatannya saat itu. Tatapannya dalam dan kata-katanya tegas, meski disertai dengan Bahasa Belanda yang aku tak pernah tahu artinya. Tapi saat itu aku benar-benar dibuat menganga oleh orang yang telah menjadi ayahku selama berpuluh-puluh tahun itu. Tak pernah terlihat lagi rasa lelah yang sebelumnya sering ku lihat di rumah.
Dan sebagai orang yang mengetahui apa dan bagaimana bidang hukum itu, beliau tak pernah menggunakannya untu orang-orang terdekatnya maupun dirinya sendiri. Meski itu merugikan dirinya. Terkadang ada perasaan marah atau sedih saat mengetahui bahwa beliau dirugikan. Ku pikir, cukuplah apa yang Bapak ketahui dan pelajari selama ini. Dan tentu saja hal itu dapat digunakan jika beliau sedang dirugikan oleh pihak lain. Toh UU tentang customer atau masalah RS juga sudah ada, terbaru pula. Tapi ternyata tidak, sama sekali tidak ada tuntutan atas peristiwa itu. Bahkan tidak pernah mengajarkanku untuk menuntut pihak-pihak yang merugikan, meski tentu saja aku dapat dengan mudah melakukannya.
Bukan soal tuntutan katanya. Bukan juga soal uang. Rugi memang iya, tapi apa gunanya memiliki pengetahuan lebih dan hanya digunakan untuk membalas kerugian kita. Sedikit, dan tak berulang kata-katanya. Tapi sangat bermakna dalam bagiku. Bahkan ketika aku memutuskan akan bekerja di sebuah lembaga hukum, beliau menolaknya mentah-mentah. Mungkin aku akan merasa marah, tapi ternyata tidak. Karena beliau telah memberiku kesempatan belajar dari pengalaman-pengalamannya sendiri.
NB :
- Berkeinginan memang mudah, tapi apa salahnya berpikir realistis sesuai bakat, minat, dan kesempatan.
- Belajar tak hanya lewat pengalaman diri sendiri, tapi juga dari orang lain.
- Suatu saat kau pasti terjatuh, tapi suatu saat nanti kau juga akan bangkit dan mendapatkan yang terbaik.