Rabu, 19 September 2012

Terbius Keindahan Pulau Sempu dan Segara Anakan


20 Juli 2011

Sekitar 5 hari lalu aku secara mendadak menyetujui untuk ikut teman-temanku berekspedisi ke salah satu pulau yang terkenal dengan segara anakannya. Ya, Pulau Sempu. Pulau yang berada di daerah Malang Selatan ini terkenal masih asli dan begitu membuat penasaran siapa saja penikmat adventure.

Ditempuh sekitar 2 jam dari Kota Malang dengan melewati Pantai Sendang Biru, pulau ini terkenal juga sebagai taman wisata yang dilindungi. Karena itu dikabarkan tidak sembarang orang dapat memasuki dan bercamping ria di sana.

Dulu aku memang pernah ke Pantai Sendang Biru, namun itu sudah sekitar 4 tahun yang lalu. Dan pemandangan di sana memang tidak seperti pantai-pantai biasanya. Pantai ini tertutup luasnya Pulau Sempu, sehingga ombak laut selatan yang masuk masih terlampau tenang. Perahu-perahu nelayan pun bebas di parkir di pinggiran pantai.



Kami berangkat ke Malang agak terlambat dari jadwal, kami berangkat dari Surabaya sekitar jam 6 sore. Sebelumnya kami harus pergi ke Mojokerto untuk menjemput saudara temanku. Kami berangkat berenam, dan sayalah yang paling cantik diantara pemuda-pemuda ini. Hehehe

Kami berangkat dari Mojokerto sekitar jam 8 malam, lalu langsung mengudara ke Malang. Hingga sampai di daerah Turen sekitar jam 11 malam. Jalan menuju Sempu tentu saja sama dengan ke Pantai Sendang Biru. Melewati jalan berliku dengan tikungan-tikungan tajam khas pegunungan yang naik turun. Tak terasa kami pun tiba di Sendang Biru sekitar jam 2 malam. Ya, saat-saat paling tidak tepat untuk menikmati angin pantai yang dingin.

Kami baru menyeberang ke Pulau Sempu esok harinya. Karena tidak ingin menyalahi prosedur yang ada, kami meminta ijin pada pengelola untuk pergi ke Pulau Sempu. Dan setelah surat ijin telah kami dapatkan, kami segera meminta nelayan untuk mengantarkan kami menyeberang. Biaya menyeberang pergi-pulang sekitar 100 ribu untuk 1 perahu. Nanti sesuai perjanjian, kami akan dijemput lagi.

Jalanan menuju Segara Anakan tidaklah mudah, kami harus melewati hutan basah yang tentu saja banyak hewan-hewan penghuninya. Untuk mengantisipasi kaki lecet atau terluka, sebaiknya menggunakan sepatu atau sandal yang memang untuk tracking. Karena saya mengalaminya sendiri akibat kesalahan memakai sepatu.

Perjalanan melewati hutan basah ini ditempuh sekitar 2 jam dari penyeberangan. Padahal jaraknya dengan Segara Anakan hanya sekitar 2,5 km. Tapi karena yang dilewati berupa hutan yang masih asli, ya siapkan fisik dan bawa air minum secukupnya untuk berjaga-jaga. Ada pula yang membawa kompor gas, LPG, hingga air gallon untuk berjaga-jaga mungkin yang ingin menginap. Oh iya, jangan lupa untuk yang ingin beristirahat agar membawa tenda atau tikar. Karena siang hari tetap panas.


Perjalanan kami dihargai sangat mahal setelah akhirnya kami pun tiba di Segara Anakan. Sungguh indah ciptaan-Nya. Pantai yang masih asli, dikelilingi pohon-pohon rimbun, dan sesekali terdengan deburan ombak yang menabrak karang di ujung pulau menjadi pemandangan yang tak terlupakan. Bahkan untuk berenang atau bermain air di tengah pun tidak perlu takut, karena airnya tidak terlalu dalam seperti pantai-panti biasanya. Pasir pantainya yang halus pun masih dapat digunakan untuk berlarian atau malah bemain futsal bersama.


Selain itu ada beberapa monyet yang biasanya berlalu-lalang menggoda pengunjung atau bahkan mengambil makanan milik pengunjung. Tapi tentu saja mereka pada dasarnya tidak mengganggu pengunjung yang sedang menikmati pantai. Hanya saja agak sedikit kecewa setelah pulau ini mulai ramai dikunjungi orang, banyak sampah yang berserakan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar