Rabu, 21 September 2016

Harmoni Keluarga Ultras dan Persegres Gresik United

Satu bersama kita kuat
Satu bersama kita hebat
Dalam satu lingkaran kebersamaan
Kita merapat tuk satu tujuan

Kan ku jaga semangatmu
Kan ku ukir di jiwaku
Demi kejayaan Gresik Unitedku
Lepaskan semua egomu
Tunjukkanlah loyalitasmu
Ultras Gresik kan selalu mendukungmu
           (Ukiran Jiwa-Ultrasmania Gresik)

          Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, sayup-sayup terdengar suara Ultrasmania di Sektor 5 sedang menyanyi dengan semangat untuk mendukung tim kesayangan mereka, Persegres Gresik United. Meski pertandingan berlangsung cukup malam, namun hal itu ternyata tidak mengurangi semangat para Ultras untuk terus menyanyi sepanjang pertandingan.
         Hari itu entah yang keberapa kalinya saya salut mendengar suara nyanyian Ultras yang tak kenal lelah bernyanyi dan bergerak membuat koreografi. Terlihat luar biasa bagi kami yang berada jauh dari tribun Sektor 5, bahkan sampai merinding dan terharu melihatnya.
       Pemain-pemain asli Gresik tidak pernah dapat memungkiri bahwa peranan Ultras begitu besar bagi performa tim. Hal itu pula yang membuat mereka enggan pergi dari publik Gresik. Tak jauh beda dengan pemain-pemain asli Gresik, para pemain yang berasal dari luar Gresik pun mengatakan bahwa Ultras merupakan suporter yang luar biasa. Loyalitasnya sudah tak perlu dipertanyakan lagi.
        Kekaguman saya berlanjut ketika terjun langsung dalam penyusunan profil pemain Persegres Gresik United untuk buletin Joko Samudro News. Mencari info dan mewawancarai pemain bukan hanya tentang tim, melainkan juga bagaimana kesan mereka terhadap atmosfir sepakbola di Gresik, Ultrasmania khususnya. Hampir semua pemain mengatakan bahwa Ultras menjadi salah satu faktor terkuat yang membuat mereka betah berada di Gresik.
          Sekian banyak pemain yang sempat saya tanya pendapatnya perihal Ultras, saya paling ingat dengan perkataan dari Muhammad Rifqi, “Seumur hidupku, baru ini didukung suporter yang loyal.”
         Pelatih-pelatih yang sempat menangani Persegres Gresik United juga mengutarakan hal yang sama. Beberapa waktu lalu, Coach Liestiadi sempat mengatakan, “Tanpa Ultras, Persegres bukanlah apa-apa.”
Seminggu yang lalu, saya sempat bertemu dengan Coach Widodo dan saat itu beliau langsung berkata, “Ultras luar biasa ya sekarang!” 
Tak jauh beda dengan yang beliau utarakan pada saya ketika tahun lalu meminta ijin untuk foto tim sebagai kado ulang tahun Ultras, “Kami bukan apa-apa tanpa Ultras.”

We are not just a team, we are family. (Sumber: https://twitter.com/persegresfc)

    Perkembangan jaman pun memiliki peran penting terhadap Ultrasmania. Teknologi ponsel yang memudahkan masyarakat untuk bersosial media membuat jarak antara manajemen, pelatih, pemain, dan Ultras lebih dekat. Sebut saja aplikasi Instagram, siapa yang tidak punya aplikasi tersebut di ponselnya. Berbagai macam foto dan video yang diunggah pemain dan Ultras membuat pengalaman mereka makin meluas dan diketahui khalayak banyak.
     Bahkan pemain seperti Riyandi Ramadhana, Inkyun Oh, dan Patrick da Silva seringkali berbalas komentar dengan Ultrasmania. Hal ini secara tidak langsung membuat masing-masing elemen penentu kesuksesan tim semakin dekat dan akrab. Seperti yang pernah ditampilkan pada koreo Ultras, ‘Kemenangan Berawal dari Keharmonisan.’
     Sadarilah bahwa sebenarnya kesuksesan sebuah tim bukan hanya bergantung pada pemain atau pelatih saja. Jika tim adalah keluarga kecil, maka manajemen, pelatih, pemain, dan suporter adalah sebuah keluarga besar. Kesuksesan sebuah keluarga ditentukan oleh bagaimana kekompakan anggota di dalamnya. Masing-masing mampu menjalankan peranannya dengan baik. Ya, kesuksesan Persegres Gresik United bergantung pada kekompakan tim dan Ultrasmania.


Gresik, 21 September 2016

Kamis, 18 Agustus 2016

Nahkoda Terbaik Kapal Persegres Gresik United

           Siapa yang tidak mengenal Agus Indra Kurniawan, putra daerah yang karirnya melejit ketika bersama Petrokimia Putra dan sempat merasakan nikmatnya juara Liga Indonesia pada musim 2001-2002. Setelah sempat berpindah ke Persija selama tujuh tahun, pada 2011 lalu Jepang, panggilan akrabnya, kembali membela tim tanah kelahirannya, Persegres Gresik United. Namun, pada musim 2014 ia kembali merantau ke Bandung dan bergabung dengan Pelita Bandung Raya (PBR). Hampir dua musim bersama PBR, Agus Indra akhirnya harus menepi dari lapangan selama hampir 10 bulan akibat cedera lutut.
             Turnamen Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 menjadi momen kembalinya Agus Indra di lapangan dan bergabung dengan tim Persegres Gresik United. Sebagai putra daerah sekaligus pemain yang dianggap sudah memiliki banyak pengalaman dalam dunia sepakbola, kehadirannya diharapkan mampu mendongkrak semangat pemain-pemain lain agar berusaha semaksimal mungkin demi prestasi tim.
Menurut Stefanus Bungaran dan Yusuf Efendi, Agus Indra sering memberikan masukan dan motivasi bagi pemain lainnya. “Sering diingatkan untuk saling menutupi ketika berada di lapangan,” kata Stefanus yang juga bermain di lini tengah seperti Agus Indra. Arsyad Yusgiantoro bersama dengan Madenta (Persegres GU U-21) pun mengatakan hal yang sama, menurut mereka Agus Indra merupakan pemain yang cocok sebagai panutan.
           Ghozali Muharram dan Riyandi Ramadhana yang sempat berada satu tim semasa di PBR mengatakan bahwa Agus Indra merupakan sosok pemain yang disegani. “Mas Agus Indra itu punya kewibawaan tersendiri yang bisa bikin pemain respek,” ucap Riyandi. Begitu pula dengan Sandi Firmansyah yang sebelumnya juga pernah sama-sama bermain di Persegres GU pada musim 2012-2013, “Nggak perlu diragukan lagi. Kualitas.”
            Wismoyo mengatakan, “Mas Agus itu mentor, panutan, dan sahabat.” David Faristian menambahkan bahwa Agus Indra selalu memberi contoh yang baik dan mampu memotivasi seluruh pemain di saat kondisi terpuruk sekalipun. Setali tiga uang dengan Wismoyo dan David, Achmad Faris atau Alex mengungkapkan bahwa ia belajar banyak hal dari Agus Indra, termasuk tentang tanggung jawab terhadap sesama pemain dan tim.
Tak salah jika pelatih kepala Persegres GU menunjuk Agus Indra sebagai kapten. ”Agus sudah berpengalaman. Pernah merasakan juara bersama Petrokimia Putra, bermain di klub besar seperti Persija dan timnas,” kata Liestiadi. Ia juga menambahkan bahwa ada semangat tersendiri dari Agus Indra sebagai putra daerah untuk membawa nama Persegres GU pada prestasi yang lebih baik.
Bukan hanya di tim, Agus Indra juga menjadi sosok yang dibanggakan oleh Ultrasmania. Ia dikenal sebagai pemain yang ramah pada suporter. Ketua umum Ultrasmania, Muharom mengatakan, “Sebagai kapten di tim kebanggaan Ultras Gresik, Mas Agus sangatlah cocok. Orangnya juga sangat baik dan sopan, seakan tidak ada jarak dengan Ultras.”
Dikonfirmasi terpisah atas pendapat rekan-rekannya, Agus Indra menganggap bahwa semua pemain memiliki peran yang sama pentingnya di tim. Ia juga berharap agar Persegres GU dapat meraih prestasi yang membanggakan. “Untuk teman-teman, mari sama-sama berjuang semaksimal mungkin untuk mewujudkan harapan tersebut menjadi kenyataan,” tambahnya.

Performa yang ditunjukkan Agus Indra dkk selama turnamen TSC ini, cukup membanggakan bila dilihat dari kekompakan tim. Ibarat seperti kapal, Agus Indra adalah kaptennya dan pemain lainnya adalah awak kapalnya. Kapten bekerja sama dengan awak kapal untuk memaksimalkan kemampuan masing-masing agar dapat segera mencapai tujuan. Untuk selanjutnya patut ditunggu performa manis dari Agus Indra dkk. Never give up, Capt!






Naskah ini diedit dan kemudian dipublikasin di Buletin Joko Samudro News milik Persegres Gresik United Edisi 7/Jumat, 12 Agustus 2016.

Senin, 09 Mei 2016

Menang Tanpa Arogansi Kalah Tanpa Mencaci

https://twitter.com/JCIndonesia

Bagi teman-teman Juventini pasti sudah tidak asing dengan quote ini. “Menang tanpa arogansi, kalah tanpa mencaci.” Quote yang selalu dikeluarkan oleh akun twitter resmi Juventus Club Indonesia (@JCIndonesia) setiap pertandingan Juventus usai. Quote yang ringan tapi memiliki arti dalam. Meminta untuk tidak jumawa, sombong, ataupun mudah puas dengan kemenangan yang sudah tercapai dan meminta membiasakan diri untuk tidak mencaci atau mempersalahkan orang lain di tiap kekalahan yang terjadi.
Quote ini yang sempat saya gunakan untuk memotivasi tim Persegres Gresik United. Kenapa? Bisa dibilang beberapa di antara pemain memanglah Juventini, meskipun tidak terlalu terlihat. Mereka tidak juga rajin mengikuti kabar tentang JCI, Cuma Juventus saja.
Sejak beberapa tahun lalu mengikuti kabar perkembangan tim ini, saya mengamati berbagai hal, mulai dari teknis hingga psikis. Namun, saya memang lebih fokus tentang psikis pemain karena kebanyakan klub di Indonesia ini mengesampingkan apapun tentang psikologis pemain. Banyak yang akhirnya nyeletuk, “Atmosfir sepakbola Indonesia itu keren dan lebih menantang.” Yah, tuntutan untuk selalu menang memang jadi hal yang sudah biasa diutarakan pendukung dan supporter tim.
Selain quote dari JCI, saya sempat menemukan salah satu quote dari akun instagram islami. Saya lupa nama akunnya, namun saya selalu ingat quotenya. “Jangan terbang karena pujian, jangan tumbang karena cacian!
Masih quote yang ringan seperti quote dari JCI yang saya kutip. Memiliki kemiripan makna. Quote ini bermaksud agar tidak jumawa atau sombong ketika mendapat pujian dan tidak mudah drop atau jatuh ketika dicaci orang lain.
Kedua quote ini seringkali saya munculkan ketika pertandingan Persegres Gresik United akan dilangsungkan atau justru setelah pertandingan. Quote-quote semacam ini dapat digunakan sebagai salah satu motivasi tambahan bagi pemain. Bukan hanya diharapkan untuk menambah motivasi ketika akan bertanding, tapi juga menjaga psikis mereka dalam kondisi lebih stabil.
Kepuasan setelah mendapat kemenangan dan mendapat pujian dari berbagai pihak, terutama suporter harus dikendalikan dengan tetap menjaga semangat mereka untuk pertandingan-pertandingan selanjutnya. Begitu pula sebaliknya, ketika mendapatkan hasil kurang maksimal, pemain harus dapat menjaga kondisi psikisnya agar tidak turun. Tidak berputus asa dengan hasil yang didapatkan.
Menang, kalah, atau seri dalam sebuah pertandingan itu sudah biasa. Hal yang luar biasa adalah semangat yang tetap membara untuk selalu lebih baik di setiap pertandingan. Hadapi semua yang terjadi dengan berpikir positif, maka mental pun akan makin kuat.

Menang tanpa arogansi, kalah tanpa mencaci.”
Jangan terbang karena pujian, jangan tumbang karena cacian!


Semangat berjuang kawan!

Kamis, 21 Januari 2016

Beda Generasi Beda Nasib

           Di tengah kondisi sepakbola Indonesia yang masih mengambang statusnya ini, saya mencoba flashbackpada 11 tahun lalu, tepatnya tahun 2005. Tahun dimana tim nasional usia di bawah 23 tahun terbentuk dan mulai ramai dibicarakan masyarakat Indonesia. Pada tahun inilah semua pemain terbaik di seluruh Indonesia dikumpulkan menjadi satu tim, dari ujung barat sampai ujung timur Indonesia. Mempersiapkan sebuah tim untuk berlaga di Sea Games yang saat itu Filipina menjadi tuan rumah.
            Saya masih ingat saat itu ada pemain yang berasal dari PSIS Semarang, Persita Tangerang, Persim Maros, PSM Makassar, PSMS Medan, Persija Jakarta, dan tim-tim lainnya. Sebagian dari tim itu mungkin kini sudah sangat jarang terdengar lagi namanya.  Masa-masa itu, pemain yang sebelumnya mungkin tidak  terlalu terlihat menonjol di timnya ternyata juga memiliki kesempatan untuk bersaing mendapatkan posisi starting eleven timnas u-23.
            Beberapa pemain timnas u-23 di tahun 2005 masih saya ingat namanya, bahkan di antara mereka masih memiliki karir yang bagus hingga saat ini. Bertahan dengan penampilannya dan masih mampu bersaing dengan banyaknya pemain muda yang bermunculan beberapa tahun ini. Sebut saja ada Hamka Hamzah yang masih aktif sebagai pemain Pusamania Borneo FC, Firman Utina yang kini menjadi pemain Sriwijaya FC, Maman Abdurrahman di Persib Bandung, Leonard Tupamahu di Persipasi Bandung Raya, Jendry Pitoy dan Siswanto yang sempat membela bendera Surabaya United, Agus Indra Kurniawan yang sempat membela Persipasi Bandung Raya, Samsul Chaeruddin dari PSM Makassar, Saktiawan Sinaga juga sempat bermain untuk PSS Sleman, Jimmy Suparno di Arema Malang, Mahyadi Panggabean dan Zaenal Arifin di Persela Lamongan, Fery Rotinsulu yang sempat menjadi kiper utama Sriwijaya FC sebelum akhirnya cedera, serta masih banyak lainnya.


       Selain itu banyak di antara mereka masih aktif bermain baik untuk tim profesional maupun mengikuti turnamen-turnamen kecil yang diselenggarakan beberapa daerah. Bahkan kini Indriyanto Nugroho masih aktif bermain sepakbola dengan pemain-pemain senior seperti Yeyen Tumena, Bambang Pamungkas, Kurniawan Dwi Yulianto, dan lainnya. Pemain-pemain alumni timnas u-23 ini setidaknya memiliki masa berkarir yang cukup panjang dibandingkan dengan alumni-alumni timnas beberapa tahun lalu, yang mungkin di antaranya justru kini diributkan oleh kondisi force majeur dan bagaimana harus mempertahankan karir mereka jika tidak bermain di negeri sendiri.
Ya, jika dibandingkan dengan kondisi 11 tahun lalu mungkin akan sangat banyak perbedaan yang terjadi. Segi kompetisi, finansial, hingga tentang aturan-aturan baru yang telah diterapkan oleh PSSI dan pemerintah sampai saat ini. Namun, setidaknya saya ingin mengambil sisi positif dari pengalaman para pemain timnas u-23 di era 2005 tersebut. Dilihat dari segi ketahanan fisik saja sudah terlihat benar perbedaannya, seperti diketahui oleh dunia kesehatan bahwa mereka yang sudah terlatih rajin berolahraga dan terbiasa hidup sehat akan bertahan lebih lama menghadapi tekanan-tekanan latihan fisik. Makanan yang sehat dan sesuai dengan gizi yang dibutuhkan oleh pemain, pola latihan dan istirahat, adanya porsi pembenahan psikologis pada pemain baik dari pendekatan pelatih maupun manajemen tim, dan lain sebagainya.
Saya ingat betul ketika timnas u-23 ini menjalani training centre, baik di dalam maupun luar negeri. Bangun pagi hari dan memulai latihan pukul 7-9, sarapan bersama, setelah itu pemain memiliki waktu luang hingga makan siang tiba. Pukul 1 setelah makan siang, pemain diharapkan tidak keluar dari tempat TC agar beristirahat siang. Malam hari pun jika ingin bepergian masih diijinkan, namun mereka tetap harus pulang sebelum pukul setengah 10 dan pukul 10 malam diharuskan tidur. Pola disiplin ditegakkan pada semua anggota tim nasional saat itu.
Hasilnya? Semua itu berfungsi dengan baik hingga saat ini. Kondisi fisik maupun fisiologis para alumni timnas u-23 tersebut masih terjaga. Mungkin hanya beberapa pemain saja yang mulai tenggelam namanya akibat cedera. Namun, di luar itu mereka masih berusaha menghidupi diri dan keluarga mereka dengan profesi yang tak jauh dari kesukaan mereka, sepakbola.
Tak ada kesuksesan yang instan. Mie instan saja masih membutuhkan proses masak agar dapat dimanfaatkan. Begitu juga untuk bermain sepakbola. Diperlukan kedisiplinan dan keyakinan kuat untuk bertahan menghadapi segala persaingan.

Kamis, 19 November 2015

Review Pertandingan Persegres Gresik : Kecemasan dalam Olahraga

Track Record Pertandingan
-          Melawan tim yang dianggap besar atau banyak pemain bintang (timnas)

a.       Arema Vs Persegres (3 kali kalah dan 3 kali seri)
Skor
Kompetisi/Tahun
2-1
ISL/2013
1-1
ISL/2013
5-0
ISL/2014
0-0
ISL/2014
0-0
Uji coba/2015
4-1
Piala Sudirman/2015

b.       Sriwijaya Vs Persegres (5 kali kalah, 1 kali seri, 1 kali menang)
Skor
Kompetisi/Tahun
5-1
ISL/2012
3-0
ISL/2012
2-1
ISL/2013
4-3
ISL/2013
0-0
ISL/2014
0-3
ISL/2014
1-0
Piala Sudirman/2015

c.      Persib Vs Persegres (4 kali kalah dan 2 kali menang)
Skor
Kompetisi/Tahun
0-2
ISL/2012
1-0
ISL/2012
2-1
Inter Island Cup/2012
3-1
ISL/2013
1-2
ISL/2013
4-1
ISL/2014


-          Melawan tim yang dianggap selevel atau papan tengah
a.       Persela Vs Persegres (1 kali kalah, 1 kali seri, 2 kali menang)
Skor
Kompetisi/Tahun
2-3
ISL/2011
6-2
ISL/2012
1-1
ISL/2013
0-1
Uji Coba/2015

b.      PBR Vs Persegres (3 kali kalah, 1 kali seri, 1 kali menang)
Skor
Kompetisi/Tahun
6-1
ISL/2012
4-0
ISL/2012
1-2
ISL/2013
0-0
ISL/2014
4-1
ISL/2014

c.       Persija Vs Persegres (1 kali kalah, 2 kali seri, 1 kali menang)
Skor
Kompetisi/Tahun
2-0
ISL/2012
0-2
ISL/2012
2-2
ISL/2013
1-1
ISL/2014

-          Melawan tim yang dianggap tidak diunggulkan
a.       Persita Vs Persegres (2 kali kalah dan 1 kali seri)
Skor
Kompetisi/Tahun
2-2
ISL/2013
2-0
ISL/2013
3-2
ISL/2014

b.      Persiba Balikpapan Vs Persegres (1 kali kalah, 1 kali seri, 1 kali menang)
Skor
Kompetisi/Tahun
2-0
ISL/2012
1-2
ISL/2013
1-1
ISL/2013

Kesimpulan Sementara

Berdasarkan hasil statistik pertandingan di atas dapat diketahui bahwa ketika Persegres melawan tim-tim yang dianggap levelnya di atas/besar (dengan pemain bintang), seringkali kalah. Ketika Persegres berhadapan dengan tim-tim yang levelnya berada tidak jauh dari mereka atau di bawahnya, hasilnya belum terlihat stabil. Beberapa pertandingan berhasil mereka taklukkan, lainnya mereka masih mendapat hasil seri, bahkan ada yang kalah. Hal ini dapat disebabkan oleh kecemasan yang menurun dibandingkan dengan pertandingan yang melawan tim-tim besar seperti sebelumnya. Ada kalanya, atlet merasa diri mereka sudah siap namun terrnyata kondisi di lapangan berbeda, sehingga kesiapan mental yang belum matang akan membuat mereka sulit beradaptasi dengan kondisi di lapangan. Hasilnya dapat diketahui bahwa beberapa pertandingan mereka menuai kekalahan.
Hasil pertandingan tersebut dapat terjadi akibat berbagi macam faktor, misalnya kekuatan fisik yang kurang maksimal, teknik yang masih perlu diasah kembali, kekompakan antar pemain yang belum cukup, kurangnya waktu latihan atau mepetnya waktu bertanding, atau bisa juga karena kurangnya kesiapan mental. Dalam hal ini, penulis akan lebih memfokuskan pada kesiapan mental atlet mengenai kecemasan. Terkadang atlet suatu tim akan merasa minder atau inferior ketika menghadapi tim yang sudah lebih terkenal dengan materi pemainnya dan peringkatnya berada di atas level tim mereka. Rasa minder atau inferior ini dapat dihubungkan dengan kecemasan atau ketegangan atlet ketika sebelum, saat, atau setelah bertanding.

Kecemasan dalam Olahraga
            Kecemasan merupakan hal yang wajar dan biasa terjadi pada manusia, termasuk atlet. Kecemasan seringkali muncul baik sebelum, saat, maupun di akhir sebuah pertandingan atau perlombaan. Perasaan cemas yang muncul pada diri atlet dapat terjadi akibat adanya tekanan baik dari dalam diri mereka atau di luar. Hal tersebut dapat disebabkan oleh sifat kompetisi yang mereka ikuti, perubahan kondisi permainan atau pertandingan, ataupun kondisi alam yang dapat membuat menurunnya kepercayaan diri dan penampilan atlet.
            Kecemasan dalam olahraga seringkali disebut dengan competitive anxiety. Kecemasan menurut Weinberg dan Gould (2003) adalah keadaan emosi negatif yang ditandai dengan gugup, khawatir, ketakutan, dan berhubungan dengan aktivasi atau kegairahan dalam tubuh (Mylsidayu, 2014). Gejala cemas biasanya bukan hanya terdapat keluhan psikis (khawatir, takut), melainkan juga fisik (somatik). Ketegangan dan kecemasan memiliki hubungan yang erat dalam kegiatan olahraga. Beberapa dampak ketegangan akan menimbulkan kecemasan, emosi, ketegangan pada otot, dan koordinasi.

Jenis Kecemasan
Menurut Spielberger (1966) kecemasan terbagi atas 2 jenis, yakni (Martens, Vealey, & Burtons, 1990):
1.       1. State anxiety mengacu pada keadaan emosi yang ada ditandai dengan ketakutan dan ketegangan. Biasanya ditandai dengan takut gagal dalam pertandingan, takut cedera, takut akan kondisi fisiknya yang membuatnya tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, atau takut terhadap perlawanan dari lawannya.
2.        2.  Trait anxiety merupakan kecenderungan untuk memahami situasi tertentu sebagai ancaman. Trait anxiety memberikan gambaran berlebihan mengenai kecemasan yang terjadi pada atlet. Hal ini seringkali menjadi penghambat atlet untuk berpenampilan baik.
  
Pengaruh Kecemasan
Pengaruh kecemasan pada atlet di antaranya adalah (Gunarsa, 2008):
1.      1. Gelisah.
2.      2. Emosi naik turun, sehingga penampilan saat bermain lebih banyak dikuasai emosi sesaat. Gerakan seringkali   di luar kendali pikiran.
3.     3. Konsentrasi terhambat yang berakibat pada kemampuan berpikir menjadi kacau dan kecermatan membaca   permainan lawan menjadi berkurang.
4.      4. Ragu-ragu dan cenderung tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.
5.      5. Irama permainan sulit dikendalikan.
6.      6. Pengaturan ketepatan waktu untuk bereaksi berkurang.
7.      7. Pemakaian energi menjadi boros, sehingga atlet akan cepat merasa lelah.

Sumber Kecemasan
Sumber kecemasan dapat berasal dari dalam dan luar diri atlet, di antaranya (Gunarsa, 2008):
a.       Sumber dari dalam:
  •  Atlet terlalu terpaku dengan kemampuan teknisnya. Seringkali atlet terbebani oleh pikiran-pikirannya sendiri bahwa ia harus tampil sangat baik.
  • Munculnya pikiran negatif seperti takut akan dicemooh penonton apabila menampilkan permainan yang kurang baik.
  • Pikiran atlet terpaku dengan kepuasan subjektif. Mereka khawatir tidak mampu memenuhi keinginan pihak luar seperti pelatih dan penonton, sehingga dapat menimbulkan ketegangan baru.

b.      Sumber dari luar:
  • Munculnya rangsangan yang dapat membingungkan atlet seperti tuntutan atau harapan dari luar yang dapat membuat atlet ragu karena merasa sulit memenuhi hal tersebut. Hal ini juga dapat menimbulkan berkurangnya kepercayaan diri atlet.
  • Pengaruh massa dalam suatu pertandingan memliki pengaruh yang besar pada penampilan atlet, terutama apabila pertandingan tersebut sangat ketat dan menegangkan.
  • Pelatih yang bersikap tidak mau menghargai atlet atau anak didiknya yang telah berusaha dapat mengguncang kepribadian atlet.
  •  Adanya saingan lain yang sebenarnya bukan lawan tandingnya, seperti ketakutan untuk tidak dapat menghasilkan poin, sehingga ia lebih mempercayakan kesempatan pada temannya.
  • Hal-hal non teknis seperti kondisi cuaca, lapangan, atau peralatan yang dianggap kurang mendukung.
Cara Mengatasi Kecemasan
            Menurut Gunarsa (1996), ada beberapa cara untuk mengatasi atau mengurangi kecemasan, yaitu (Myslidayu, 2014):
  • Menggunakan obat-obatan yang sesuai dengan petunjuk dokter. Namun, hal ini jarang digunakan karena penggunaan obat-obatan tersebut dapat dianggap sebagai doping.
  • Simulasi. Biasanya diadakan sparing partner atau uji coba untuk mensimulasikan kondisi pertandingan yang sesungguhnya.
  •  Meditasi atau relaksasi. Metode ini sering digunakan karena merupakan metode yang sederhana dan dapat sampai pada visualisasi untuk mengubah sikap. Latihan relaksasi dapat mengurangi reaksi emosi pada saraf pusat maupun saraf otonom, selain itu relaksasi dapat meningkatkan perasaan sehat dan bugar.
  • Metode kognitif. Atlet dibantu untuk lebih menyadari kompetensi dirinya, berpikir positif, memahami makna dan usaha, serta belajar menerima keadaan yang harus dihadapinya.

Saran
            Untuk menangani atau mengurangi kecemasan pada atlet ketika sebelum, saat, maupun setelah bertanding, dapat dilakukan beberapa hal berikut:

1. Mental imagery
    Salah satu strategi kognitif dengan memvisualisasikan kondisi sedetil mungkin seperti pertandingan sesungguhnya. Membayangkan gerakan-gerakan yang akan dilakukan dengan perlahan dan menggunakan seluruh inderanya untuk memusatkan perhatian pada latihan.

2.     2.   Relaksasi 
  Menenangkan pikiran dengan berbaring atau duduk santai, dimungkinkan untuk memejamkan mata dan   berada di ruangan/tempat yang tenang.
Misalnya, dengan teknik bernapas. Mulailah dalam posisi duduk atlet dapat memungkinkan napas mengalir bebas melalui tubuh. Menutup mata dan mulai mendengarkan pola napas. Kemudian hanya focus bernapas perlahan dan dalam. Mengambil 6 napas penuh dalam, pada hitungan menghirup 6, dan pada napas lagi menghitung sampai 6 lagi. Kemudian biarkan napas mengalir secara alami dari perut. Menjaga perhatian terfokus hanya pada napas. Lalu mulai memvisualisasikan pertandingan atau kompetisi. Apa yang mungkin terjadi? Yang mungkin ada? Bayangkan segala sesuatu di pikiran. Apa yang akan dlakukan? Fokuskan perhatian pada kesuksesan. Bayangkan diri berhasil menyelesaikan semua bagian dari pertandingan tersebut. Jangan biarkan pikiran kegagalan merayap ke untuk proses berpikir untuk merusak kepercayaan diri. Selalu kembali ke fokus pada kesuksesan di pertandingan tersebut. Bayangkan apa yang mungkin merasa seperti, terlihat seperti, bau seperti ketika telah mencapai tujuan. Kembali ke tujuan pada pertandingan tersebut. Lalu lanjutkan dengan visualisasi ini selama 5 menit lagi.

3.      3. Mendengarkan musik
 Teknik ini dapat dilakukan untuk mengurangi kecemasan ketika akan menghadapi pertandingan atau kompetisi.
Mendengarkan musik dengan beat lambat untuk merangsang gelombang otak yang lebih lambat , memungkinkan atlet untuk mengurangi kecepatan pernapasannya, menurunkan denyut jantung dan memungkinkan tubuh untuk menjadi tenang dan santai. Dapat digunakan musik latar belakang untuk membantu mengalihkan perhatian atlet dari pikiran cemas dan meningkatkan perasaan positif. Kemudian, pilih musik dengan lirik yang mendukung afirmasi positif dan pernyataan memotivasi seperti "Inspirasi Pagi" oleh Kotak atau memilih musik yang memiliki konotasi positif misalnya “Laskar Pelangi” oleh Nidji.
4.      4. Self-talk
  Salah satu strategi kognitif dengan teknik berbicara pada diri sendiri bahwa ia mampu melakukan tugasnya dengan baik. Efektivitas teknik ini ditunjukkan ketika atlet mampu menyingkirkan pikiran-pikiran pesimisnya dalam menghadapi pertandingan dan menggantinya dengan ucapan-ucapan optimis.



Referensi:
Gunarsa, S. D. (2008). Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta: Gunung Mulia.
Martens, R., Vealey, R.S., Burton, D. (1990). Competitive Anxiety in Sport. United States: Human     Kinetics.
Mousavi, S.H., Meshkini, A. (2011). The Effect of Mental Imagery upon the Reduction of Athletes` Anxiety during Sport Performance. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences. October 2011, Vol. 1, No. 3.
Mylsidayu, A. (2014). Psikologi Olahraga. Jakarta: Bumi Aksara.