Stadion Tri Dharma Petrokimia Gresik sedang riuh dengan suara gemuruh suporter Ultrasmania yang mendukung tim kesayangan mereka bertanding. Sore ini pertandingan dalam Liga Super Indonesia Musim Kompetisi 2015 dimulai dengan mempertemukan tim tuan rumah Persegres Gresik melawan Pusamania Borneo (PBFC). Pertandingan yang cukup keras dengan melihat materi pemain kedua tim yang memiliki karakter hampir mirip. Permainan kedua tim pun berjalan cukup ketat dengan alur cepat.
Berulang kali pemain tuan rumah mencoba membobol gawang PBFC tapi nampaknya masih cukup dimentahkan Galih Sudaryono. Masih saya ingat betul ketika Riko Simanjutak mencoba melakukan tendangan langsung ke gawang dan ternyata masih sanggup ditepis kiper PBFC. Seketika itu saya mulai paham, tim Persegres ini masih butuh relaksasi yang cukup agar para pemainnya mampu mengendalikan fokus diri dalam bermain. Terkadang melihat atmosfir suporter yang tentu saja menuntut kemenangan dapat membuat pemain makin tergesa-gesa dalam melakukan tendangan langsung.
Kemudian kekaguman saya pada Riko muncul ketika dia mampu mengendalikan diri untuk tidak memaksakan menendang langsung ke gawang lawan. Sejenak ia mundur dan memilih mengoper bola pada Yusuf Efendi, hingga akhirnya Yusuf yang mengeksekusi bola. Goool... Skor 1-0 pun membuat pemain Persegres makin bersemangat menambah pundi-pundi gol.
Setelah keunggulan 1-0 yang kemudian ditambah oleh gol dari Riko, permainan ternyata semakin memanas. Masih ada kartu-kartu kuning lain yang dikeluarkan wasit dari kantongnya. Pemain tim lawan pun makin keras dalam melakukan perlawanan.Dalam permainan yang semakin keras ini, setiap pemain diuji untuk lebih mengendalikan emosinya. Ketika mudah terpancing oleh emosi lawan, maka fokus diri pun akhirnya berubah. Bahkan, hal ini bisa mengakibatkan fisik lebih mudah lelah dan suhu tubuh makin meningkat.
Babak kedua, permainan keras kedua tim semakin menjadi-jadi. Lagi-lagi harus ada kartu kuning yang dikeluarkan wasit, ini berakibat buruk pada masing-masing tim. Pemain tim tuan rumah kembali terpancing dengan permainan keras lawan, hingga beberapa kali diantara mereka harus jatuh bangun. Kondisi babak kedua yang seperti ini sudah saya perhatikan sejak musim-musim lalu, berhubungan dengan fokus pada permainan tim. Pemain terlihat mudah lelah, malas mengejar bola, sedikit-sedikit akhirnya terjatuh atau kalah saat terkena tackling (yang menurut saya banyak yang bersih).
Tak lama kemudian, gol balasan dari PBFC pun terjadi. Skor kemudian berubah menjadi 2-1 hingga peluit terakhir dibunyikan. Banyak hal yang sangat disayangkan dari pertandingan hai ini, tentu saja diluar faktor pengadil lapangan yang menjadi 'raja'. Ya, masalah emosi dan fokus. Padahal dengan didatangkannya pelatih fisik di tim Persegres sudah cukup mampu meningkatkan performa pemain. Sayangnya hal tersebut belum diimbangi dengan adanya perbaikan emosi dan fokus dari para pemain. Semoga menjadi evaluasi tersendiri bagi tim pelatih.