Track
Record Pertandingan
-
Melawan tim yang dianggap besar
atau banyak pemain bintang (timnas)
a. Arema
Vs Persegres (3 kali kalah dan 3 kali seri)
Skor
|
Kompetisi/Tahun
|
2-1
|
ISL/2013
|
1-1
|
ISL/2013
|
5-0
|
ISL/2014
|
0-0
|
ISL/2014
|
0-0
|
Uji
coba/2015
|
4-1
|
Piala
Sudirman/2015
|
b. Sriwijaya
Vs Persegres (5 kali kalah, 1 kali seri, 1 kali menang)
Skor
|
Kompetisi/Tahun
|
5-1
|
ISL/2012
|
3-0
|
ISL/2012
|
2-1
|
ISL/2013
|
4-3
|
ISL/2013
|
0-0
|
ISL/2014
|
0-3
|
ISL/2014
|
1-0
|
Piala
Sudirman/2015
|
c. Persib
Vs Persegres (4 kali kalah dan 2 kali menang)
Skor
|
Kompetisi/Tahun
|
0-2
|
ISL/2012
|
1-0
|
ISL/2012
|
2-1
|
Inter
Island Cup/2012
|
3-1
|
ISL/2013
|
1-2
|
ISL/2013
|
4-1
|
ISL/2014
|
-
Melawan tim yang dianggap selevel
atau papan tengah
a. Persela
Vs Persegres (1 kali kalah, 1 kali seri, 2 kali menang)
Skor
|
Kompetisi/Tahun
|
2-3
|
ISL/2011
|
6-2
|
ISL/2012
|
1-1
|
ISL/2013
|
0-1
|
Uji
Coba/2015
|
b. PBR
Vs Persegres (3 kali kalah, 1 kali seri, 1 kali menang)
Skor
|
Kompetisi/Tahun
|
6-1
|
ISL/2012
|
4-0
|
ISL/2012
|
1-2
|
ISL/2013
|
0-0
|
ISL/2014
|
4-1
|
ISL/2014
|
c. Persija
Vs Persegres (1 kali kalah, 2 kali seri, 1 kali menang)
Skor
|
Kompetisi/Tahun
|
2-0
|
ISL/2012
|
0-2
|
ISL/2012
|
2-2
|
ISL/2013
|
1-1
|
ISL/2014
|
-
Melawan tim yang dianggap tidak
diunggulkan
a. Persita
Vs Persegres (2 kali kalah dan 1 kali seri)
Skor
|
Kompetisi/Tahun
|
2-2
|
ISL/2013
|
2-0
|
ISL/2013
|
3-2
|
ISL/2014
|
b. Persiba
Balikpapan Vs Persegres (1 kali kalah, 1 kali seri, 1 kali menang)
Skor
|
Kompetisi/Tahun
|
2-0
|
ISL/2012
|
1-2
|
ISL/2013
|
1-1
|
ISL/2013
|
Kesimpulan Sementara
Berdasarkan
hasil statistik pertandingan di atas dapat diketahui bahwa ketika Persegres
melawan tim-tim yang dianggap levelnya di atas/besar (dengan pemain bintang),
seringkali kalah. Ketika Persegres berhadapan dengan tim-tim yang levelnya
berada tidak jauh dari mereka atau di bawahnya, hasilnya belum terlihat stabil.
Beberapa pertandingan berhasil mereka taklukkan, lainnya mereka masih mendapat
hasil seri, bahkan ada yang kalah. Hal ini dapat disebabkan oleh kecemasan yang menurun dibandingkan dengan pertandingan yang melawan tim-tim besar seperti sebelumnya. Ada kalanya, atlet merasa diri mereka sudah siap namun terrnyata kondisi di lapangan berbeda, sehingga kesiapan mental yang belum matang akan membuat mereka sulit beradaptasi dengan kondisi di lapangan. Hasilnya dapat diketahui bahwa beberapa pertandingan mereka menuai kekalahan.
Hasil pertandingan tersebut dapat terjadi akibat berbagi macam faktor, misalnya kekuatan fisik yang kurang maksimal, teknik yang masih perlu diasah kembali, kekompakan antar pemain yang belum cukup, kurangnya waktu latihan atau mepetnya waktu bertanding, atau bisa juga karena kurangnya kesiapan mental. Dalam hal ini, penulis akan lebih memfokuskan pada kesiapan mental atlet mengenai kecemasan. Terkadang atlet
suatu tim akan merasa minder atau inferior ketika menghadapi tim yang sudah
lebih terkenal dengan materi pemainnya dan peringkatnya berada di atas level
tim mereka. Rasa minder atau inferior ini dapat dihubungkan dengan kecemasan
atau ketegangan atlet ketika sebelum, saat, atau setelah bertanding.
Kecemasan
dalam Olahraga
Kecemasan
merupakan hal yang wajar dan biasa terjadi pada manusia, termasuk atlet. Kecemasan
seringkali muncul baik sebelum, saat, maupun di akhir sebuah pertandingan atau
perlombaan. Perasaan cemas yang muncul pada diri atlet dapat terjadi akibat
adanya tekanan baik dari dalam diri mereka atau di luar. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh sifat kompetisi yang mereka ikuti, perubahan kondisi permainan
atau pertandingan, ataupun kondisi alam yang dapat membuat menurunnya
kepercayaan diri dan penampilan atlet.
Kecemasan
dalam olahraga seringkali disebut dengan competitive
anxiety. Kecemasan menurut Weinberg dan Gould (2003) adalah keadaan emosi
negatif yang ditandai dengan gugup, khawatir, ketakutan, dan berhubungan dengan
aktivasi atau kegairahan dalam tubuh (Mylsidayu, 2014). Gejala cemas biasanya
bukan hanya terdapat keluhan psikis (khawatir, takut), melainkan juga fisik
(somatik). Ketegangan dan kecemasan memiliki hubungan yang erat dalam kegiatan
olahraga. Beberapa dampak ketegangan akan menimbulkan kecemasan, emosi,
ketegangan pada otot, dan koordinasi.
Jenis
Kecemasan
Menurut
Spielberger (1966) kecemasan terbagi atas 2 jenis, yakni (Martens, Vealey,
& Burtons, 1990):
1. 1. State
anxiety mengacu pada
keadaan emosi yang ada ditandai dengan ketakutan dan ketegangan.
Biasanya ditandai dengan takut gagal dalam pertandingan, takut cedera, takut akan
kondisi fisiknya yang membuatnya tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan
baik, atau takut terhadap perlawanan dari lawannya.
2. 2. Trait anxiety merupakan kecenderungan untuk memahami situasi tertentu sebagai ancaman.
Trait anxiety memberikan gambaran
berlebihan mengenai kecemasan yang terjadi pada atlet. Hal ini seringkali
menjadi penghambat atlet untuk berpenampilan baik.
Pengaruh
Kecemasan
Pengaruh kecemasan pada atlet di
antaranya adalah (Gunarsa, 2008):
1. 1. Gelisah.
2. 2. Emosi
naik turun, sehingga penampilan saat bermain lebih banyak dikuasai emosi
sesaat. Gerakan seringkali di luar kendali pikiran.
3. 3. Konsentrasi
terhambat yang berakibat pada kemampuan berpikir menjadi kacau dan kecermatan
membaca permainan lawan menjadi berkurang.
4. 4. Ragu-ragu
dan cenderung tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.
5. 5. Irama
permainan sulit dikendalikan.
6. 6. Pengaturan
ketepatan waktu untuk bereaksi berkurang.
7. 7. Pemakaian energi menjadi boros,
sehingga atlet akan cepat merasa lelah.
Sumber
Kecemasan
Sumber
kecemasan dapat berasal dari dalam dan luar diri atlet, di antaranya (Gunarsa, 2008):
a. Sumber
dari dalam:
- Atlet terlalu terpaku dengan kemampuan teknisnya. Seringkali atlet terbebani oleh pikiran-pikirannya sendiri bahwa ia harus tampil sangat baik.
- Munculnya pikiran negatif seperti takut akan dicemooh penonton apabila menampilkan permainan yang kurang baik.
- Pikiran atlet terpaku dengan kepuasan subjektif. Mereka khawatir tidak mampu memenuhi keinginan pihak luar seperti pelatih dan penonton, sehingga dapat menimbulkan ketegangan baru.
b. Sumber
dari luar:
- Munculnya rangsangan yang dapat membingungkan atlet seperti tuntutan atau harapan dari luar yang dapat membuat atlet ragu karena merasa sulit memenuhi hal tersebut. Hal ini juga dapat menimbulkan berkurangnya kepercayaan diri atlet.
- Pengaruh massa dalam suatu pertandingan memliki pengaruh yang besar pada penampilan atlet, terutama apabila pertandingan tersebut sangat ketat dan menegangkan.
- Pelatih yang bersikap tidak mau menghargai atlet atau anak didiknya yang telah berusaha dapat mengguncang kepribadian atlet.
- Adanya saingan lain yang sebenarnya bukan lawan tandingnya, seperti ketakutan untuk tidak dapat menghasilkan poin, sehingga ia lebih mempercayakan kesempatan pada temannya.
- Hal-hal non teknis seperti kondisi cuaca, lapangan, atau peralatan yang dianggap kurang mendukung.
Cara
Mengatasi Kecemasan
Menurut
Gunarsa (1996), ada beberapa cara untuk mengatasi atau mengurangi kecemasan,
yaitu (Myslidayu, 2014):
- Menggunakan obat-obatan yang sesuai dengan petunjuk dokter. Namun, hal ini jarang digunakan karena penggunaan obat-obatan tersebut dapat dianggap sebagai doping.
- Simulasi. Biasanya diadakan sparing partner atau uji coba untuk mensimulasikan kondisi pertandingan yang sesungguhnya.
- Meditasi atau relaksasi. Metode ini sering digunakan karena merupakan metode yang sederhana dan dapat sampai pada visualisasi untuk mengubah sikap. Latihan relaksasi dapat mengurangi reaksi emosi pada saraf pusat maupun saraf otonom, selain itu relaksasi dapat meningkatkan perasaan sehat dan bugar.
- Metode kognitif. Atlet dibantu untuk lebih menyadari kompetensi dirinya, berpikir positif, memahami makna dan usaha, serta belajar menerima keadaan yang harus dihadapinya.
Saran
Untuk
menangani atau mengurangi kecemasan pada atlet ketika sebelum, saat, maupun
setelah bertanding, dapat dilakukan beberapa hal berikut:
1. Mental
imagery
Salah
satu strategi kognitif dengan memvisualisasikan kondisi sedetil mungkin seperti
pertandingan sesungguhnya. Membayangkan gerakan-gerakan yang akan dilakukan
dengan perlahan dan menggunakan seluruh inderanya untuk memusatkan perhatian
pada latihan.
2. 2. Relaksasi
Menenangkan
pikiran dengan berbaring atau duduk santai, dimungkinkan untuk memejamkan mata
dan berada di ruangan/tempat yang tenang.
Misalnya,
dengan teknik bernapas. Mulailah dalam posisi duduk atlet dapat memungkinkan napas mengalir bebas melalui tubuh.
Menutup mata dan mulai
mendengarkan pola napas. Kemudian hanya focus bernapas perlahan dan dalam.
Mengambil 6 napas
penuh dalam, pada hitungan menghirup 6, dan pada napas lagi menghitung sampai 6
lagi. Kemudian biarkan napas mengalir secara alami dari perut. Menjaga perhatian
terfokus hanya pada
napas. Lalu mulai memvisualisasikan pertandingan atau kompetisi. Apa yang mungkin terjadi? Yang mungkin ada? Bayangkan
segala sesuatu di pikiran. Apa yang akan dlakukan? Fokuskan perhatian pada kesuksesan. Bayangkan diri
berhasil menyelesaikan semua bagian dari pertandingan tersebut. Jangan biarkan pikiran kegagalan merayap ke untuk proses
berpikir untuk merusak kepercayaan diri. Selalu kembali ke fokus pada kesuksesan di pertandingan tersebut. Bayangkan apa yang mungkin merasa seperti,
terlihat seperti, bau seperti ketika telah mencapai tujuan. Kembali ke tujuan pada pertandingan tersebut. Lalu lanjutkan dengan visualisasi ini selama 5 menit lagi.
3. 3. Mendengarkan
musik
Teknik
ini dapat dilakukan untuk mengurangi kecemasan ketika akan menghadapi
pertandingan atau kompetisi.
Mendengarkan musik dengan beat lambat untuk merangsang
gelombang otak yang lebih lambat , memungkinkan atlet untuk mengurangi kecepatan pernapasannya, menurunkan denyut jantung dan memungkinkan tubuh untuk
menjadi tenang dan santai. Dapat digunakan musik latar belakang untuk membantu mengalihkan
perhatian atlet dari pikiran cemas dan meningkatkan perasaan positif.
Kemudian, pilih musik
dengan lirik yang mendukung afirmasi positif dan pernyataan memotivasi seperti
"Inspirasi Pagi" oleh Kotak atau memilih musik yang memiliki konotasi positif misalnya “Laskar
Pelangi” oleh Nidji.
4. 4. Self-talk
Salah
satu strategi kognitif dengan teknik berbicara pada diri sendiri bahwa ia mampu
melakukan tugasnya dengan baik. Efektivitas teknik ini ditunjukkan ketika atlet
mampu menyingkirkan pikiran-pikiran pesimisnya dalam menghadapi pertandingan
dan menggantinya dengan ucapan-ucapan optimis.
Referensi:
Gunarsa, S. D. (2008). Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta:
Gunung Mulia.
Martens, R., Vealey, R.S.,
Burton, D. (1990). Competitive Anxiety in
Sport. United States: Human Kinetics.
Mousavi, S.H., Meshkini, A.
(2011). The Effect of Mental Imagery upon the Reduction of Athletes` Anxiety
during Sport Performance. International
Journal of Academic Research in Business and Social Sciences. October 2011,
Vol. 1, No. 3.
Mylsidayu, A. (2014). Psikologi Olahraga. Jakarta: Bumi
Aksara.